Istrinya, Hj Farida Fuady telah wafat terpapar Covid-19 pada 18 Juli 2021. Tahun itu, putra sulungnya, Ferry Senapati, juga menyusul wafat pada 21 Juli lantaran terpapar Covid-19.
Takut dikeroyok orang
Anwar mengenang waktu dia maju sebagai bakal capres dalam Konvensi Partai Golkar tahun 2004.
“Capeknya minta ampun. Semua urusan berantakan. Belum lagi, seperti selalu saya bilang, persoalan gizi yang harus tak punya seri. Aktifitas itu hanya cocok buat yang fisiknya kuat, masih muda dan punya modal besar. Dari segi usia saja, saya tidak bisa membayangkan kalau dilakoni sekarang. Mungkin perlu selalu dikawal ambulance,” ujarnya sambil terkekeh.
Masih melekat dalam ingatan Anwar setiap kali sosialisasi di daerah. Dia menawarkan ribuan jabatan untuk mendukung pemerintahannya kepada banyak pihak.
“Untuk jabatan menteri saja saya janjikan kepada hampir 500 tokoh. Belum jabatan lain, di berbagai pos. Jabatan komisaris di BUMN sudah sangat panjang daftarnya. Kalau ditotal mungkin sampai 8000 orang. Makanya, saya bersyukur waktu kalah. Kenapa? Bisa mati saya dikeroyok 8000 orang itu sebelum pelantikan sebagai presiden,” tuturnya.
Soal Relawan Ganjar
Anwar menjelaskan ia menjadi relawan Ganjar Pranowo atas dasar kecocokan saja. Ia cocok dengan Ganjar. Sebenarnya, dia menilai, selain Ganjar bakal calon presiden yang akan bertarung di Pilpres 2024 semua bagus.
“Jadi, saya menjadi relawan Ganjar bukan karena dia terbaik, tetapi karena saya cocok saja,” jelasnya.
Apalagi Presiden Jokowi mendukung Ganjar, sedangkan Anwar pada Pilpres 2014 dan 2019 menjadi pendukung teras Jokowi.
“Nah! Lihat saja sekarang. Ada nggak saya menduduki jabatan di pemerintahan Jokowi selama dua periode ini? Ada nggak saya dapat uang dari aktivitas itu? Tidak ada. Saya tulus. Lillahi Taala”, paparnya.