Anak Pendiri Bank Nasional Bukittinggi Itu Pimpin PWI Sumbar

Widya Navies

Untuk menghadapi Pilkada 2024, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) telah mengeluarkan Surat Edaran yang meminta kepala daerah bekerjasama dengan PWI.

“Edaran Mendagri ini meminta kepala daerah bekerjasama dengan PWI untuk membantu sosialisasi Pilkada bermartabat,” ujarnya.

Tentang Ketua PWI Terpilih

Widya Navies lahir di Bukittinggi, 13 Maret 1964. Bergabung dan bekerja di Harian Singgalang sejak 7 Mei 1985 atau hampir 40 tahun. Hanya saja, separoh dari masa kerja itu, dia bertugas di sekretariat redaksi dan terakhir diberi kepercayaan menjadi Sekretaris Redaksi.

“Sekitar 8 tahun menjadi Sekretaris Redaksi, barulah saya masuk ke jajaran Redaksi yang diawali menjadi reporter. Beberapa tahun menjadi reporter, saya kemudian diangkat menjadi redaktur dan setelah itu menjadi Koordinator Redaktur,” terangnya.

Kemudian dia ditunjuk menjadi redaktur pelaksana. Sejak 7 tahun terakhir, ayah dua puteri itu dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Harian Singgalang, sampai sekarang.

Selain menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Harian Singgalang, sejak tahun 2021, dia juga dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi media online Topsatu, media online milik Harian Singgalang.

“Dari segi usia, sebetulnya saya sudah purna tugas atau pensiun sejak tahun 2019 lalu. Hanya saja, pimpinan meminta agar saya tetap bertahan di Harian Singgalang sampai sekarang,” terangnya.

Maju menjadi calon ketua PWI Sumbar, ini adalah sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Widya Navies. Apalagi menjadi cita- citanya. Sebab, selain masih dipercaya untuk tetap bergabung di Harian Singgalang dan mengelola topsatu.com, dia juga memiliki beberapa aktivitas di luar bidang media.

Hanya saja, untuk menghargai dorongan dari kawan-kawan yang memintanya ikut mencalon, akhirnya setelah mendapat restu dari pimpinan tempat dia bekerja, Widya akhirnya memutuskan untuk mencalon. Apalagi, dorongan untuk maju menjadi calon ketua ini, sebetulnya sudah dimunculkan sejak 2 kali konferensi sebelumnya.

“Rasanya tidak elok juga jika saya selalu menolak dorongan kawan-kawan. Intinya, saya ikut mencalon bukan karena ambisi pribadi, melainkan lebih karena dorongan kawan-kawan yang meminta saya ikut dalam kontestasi atau pemilihan calon ketua PWI ini. Kemudian, jujur, menjadi Ketua PWI bagi saya bukanlah fasilitas kemewahan, gagah-gagahan, untuk bersenang-senang, bersilantas angan dan berbuat untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Apalagi untuk menjadikan PWI ini mencari sumber kehidupan. Sebaliknya, ini akan saya jadikan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada seluruh anggota,” bebernya.