Merosotnya persentase Mulyadi dari berbagai hasil survei, tak lepas dari posisi Mulyadi yang tidak lagi memegang posisi sebagai anggota DPR RI, sehingga elektabilitasnya pun menurun. Hal ini tidak lepas dari karakter pemilih yang memiliki memori politik yang pendek dan cenderung berubah dengan cepat.
Selain Mulyadi, nama Audy Joinaldy juga layak diperhitungkan bila terjadi pecah kongsi dengan Mahyeldi sebelum tahapan Pilkada dimulai. Posisi Audy Joinandy cukup menarik untuk dianalisis dalam Pilgub 2024 nanti. Pertama, Audy disebut akan kembali berpasangan dengan Mahyeldi. Tentu ini akan menjadi catatan tersendiri bagi PKS, karena Audy saat ini sebagai Ketua DPP PPP, yang tentu suka tidak suka, Audy akan membesarkan PPP di Sumbar, dimana PKS dan PPP memiliki irisan pemilih di berbagai daerah. Tarik menarik pemilih akan terjadi dilapangan pada akhirnya.
Kedua, apabila Mahyeldi kembali berpasangan dengan Audy Joinaldy, dan ditakdirkan kembali duduk sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, tentu posisi Audy akan menjadi ancaman bagi PKS, karena Audy akan menjadi salah satu Calon Gubernur yang kuat pada 2029 nanti. Selain itu, belum tentu juga Audy Joinaldy akan mau berpasangan dengan calon dari PKS, apalagi kalau calon tersebut memiliki elektabilitas yang rendah. Perhitungan rasional sebagai kandidat tentu berlaku dalam hal ini.
Ketiga, ketika Audy Joinaldy maju sebagai Calon Gubernur pada 2024, posisinya agak riskan, dilihat dari hasil survei yang telah dilakukan, dimana hasilnya cukup tertinggal jauh dari 3 kandidat lainnya, tentu ini perlu strategi baru untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
//Pasangan Gubernur-Wakil Gubernur 2024//
Menilai pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Sumbar, dapat dilihat dari beberapa hal, pertama, keterwakilan wilayah, dimana masing-masing masyarakat memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Kedua, daerah pemilihan, yang biasanya terbagi 2 untuk DPR RI, yakni Dapil 1 dan Dapil 2. Pada Pilgub 2020 yang lalu, keterwakilan Dapil menjadi patokan utama dalam pemilihan pasangan. Ketiga, partai politik yang menjadi mengusung. Dimana biasanya Calon Gubernur melirik partai tertentu dan menghindari partai lainnya untuk menjadi pengusung. Keempat, kekuatan finansial dalam mendukung pemenangan.
Dari 4 nama bakal calon Gubernur tersebut, kalau dicocok-cocokkan, sebenarnya dapat dipasang-pasangkan, seperti Mahyeldi-Audy Joinaldy kembali berpasangan dan Andre Rosiade-Mulyadi. Kalau 2 pasangan calon ini berlaga pada 2024 nanti, tentu Pilgub Sumbar akan terasa lebih meriah dan diprediksi akan panas. Ini tentu akan selalu menarik untuk dibahas, apalagi, survei akan semakin sering dilakukan saat mendekati tahapan pilkada dan wacana baru pun akan terus bergulir.
Terakhir, terlepas dari semua itu, mengutip kesepakat ulama MUI dalam acara ijtima’ Komisi Fatwa MUI di Tegal tahun 2015, yang mengeluarkan fatwa tentang hukum “berdosa bagi pemimpin yang tidak menepati janji saat kampanye”, seharus nya juga menjadi perhatian para bakal calon Gubernur Sumbar nanti dalam berkampanye, agar berhati-hati dan selalu rasional dalam membuat kebijakan. Wallahu a’alam bishawab. (*)