PADANG-Satu per satu IGD rumah sakit di Sumbar ditutup karena tenaga kesehatannya terpapar Covid-19. Kondisi itu makin membuat risau para dokter di daerah ini. Mereka kuatir sesuatu yang tak diharapkan terjadi dan rumah sakit kolap.
Informasi yang dirangkum setidaknya sudah banyak IGD rumah sakit dan puskesma terpaksa ditutup karena tenaga kesehatannya terpapar Covid-19. Layanan di instalasi gawat darurat itu lumpuh dan ditutup sementara. Sebut saja RS Bhayangkara Padang, RSUD Kota Pariaman, RSUD Adnaan Payakumbuh, HB Sa’anin dan rumaha sakit lainnya.
“Perawat dan dokter rumah sakit stroke dan RSAM dan tenaga lain juga banyak yg terinfeksi, termasuk petugas PMI. Ruangan sudah penuh. Artinya mungkin saja terjadi sesutau yang tak diinginkan. Kami terpaksa memilih siapa yang akan di tolong. Bila pemerintah daerah tidak disiplin, masyarakat tidak disiplin, sesuatu yang tak diharapkan bisa terjadi. Apa hasil ke depannya, masyarakat sendiri yang akan memilih,” ujar dr. Deddi Herman, dalam grup Kawal Covid-19 Sumbar kemarin.
Saat ini kata dia stok obat untuk pasien covid juga sudah menipis. Dirut SPH Padang, Farhan Abdullah, pun berkomentar hingga hari ini sudah 103 tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19. Mereka terpapar covid secara langsung dan tidak langsung. Angka itu harapnya jangan diperpanjang lagi.
“Saya selalu melakukan test sendiri terhadap hazmat yang dipakai. Hazmat disemprot dengan air. Jika tembus saya pinta petugas menggantinya. Masker yang saya pakai minimal N95 8210 atau full face respirator tri M. Saya tutup lagi dengan masker surgical. begitu setiap hari dilakukan agar saya tidak terpapar dan tidak juga memaparkan ke tim lain,” katanya.
“Saya juga menggunakan both dengan cover shoes yang memadai, handscon double pendek dan panjang. Urutan pasang dan buka APD saya sesuai aturan yang baku,” sambung Farhan.
Di SPH katanya hampir 5000 orang melakukan swab. Semuanya dilakukan di bilik swab dan kotak aerozol sesuai standar. Sebab dia tidak mau mati konyol karena APD tidak lengkap dan tidak layak.
“Saya cuma minta sama masyarakat bantu kami dengan doa. Tolong jalankan protokol kesehatan dengan baik. Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dan hindari keramian. Kemudian tingkatkan imun tubuh , kami akan membantu anda untuk perang melawan Covid-19. Mumpung belum ada dokter Sumbar yang wafat karena covid,” ujarnya.
Dikatakannya, di Sumatera Utara ada sekitar 10 orang tenaga kesehatan yang wafat karena Covid-19.
Dr. Andani Eka Putra, mengamini apa yang disampaikan dr. Farhan Abdullah. Menurutnya harus ada kebijakan isolasi, sehingga M Djamil dan beberapa rumah sakit dengan fasilitas lengkap dan SDM, cukup hanya fokus untuk pasien berat atau kritis.
Menurut, dr. Andani semua pihak terkait harus berbagi tugas. Rumah sakit berfungsi mencegah perburukan dan kematian, labor untuk testing dan dinkes bertugas tracing dan isolasi.
“Pemda mengurus regulasi. Regulasi yang saya usulkan, pertama pengelolaan perbatasan darat. Terutama dari daerah dengan PR tinggi. Kedua, pelarangan acara yg melibatkan massa jumlah banyak, termasuk pesta pernikahan dan kampanye. Ketiga tetap wajib swab bandara, ke empat kembali berlakukan WFH,” sebutnya.
Kelima katanya, pembatasan ASN/aparatur penerintah ke luar provinsi. Enam siapkan regulasi dan sanksi. Tujuh dukungan untuk isolasi di daerah dan aturan regulasi mandiri. 107