PADANG – Motivator dan konsultan komunikasi Dr.Aqua Dwipayana berbagi ilmu tentang public relations (PR) pada mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang, Rabu (27/3) melalui virtual. Aqua membagikan ilmu dan pengalamannya saat menjadi praktisi PR maupun saat menjadi wartawan.
Menurut Aqua, tantangan PR saat ini jauh lebih besar, terutama dengan kehadiran media sosial. Dahulu PR hanya berhadapan dengan media mainstream, tapi sekarang banyak media sosial yang dinamikanya sangat tinggi. Meski demikian, berapa pun besar tantangan, praktisi PR harus tetap mempertahankan nilai-nilai, seperti kejujuran dan berkarakter.
Menghadapi dinamika medsos dengan beragam komentar negatif dan positif dari pengguna internet, dalam konteks PR, menurutnya tak mesti menyenangkan semua orang. Meski demikian, PR harus update dan intens memonitor medsos. Sekecil apapun komponen yang disampaikan jangan dibiarkan, karena bisa jadi bola liar. Setiap pegawai pun bisa menjadi PR bagi perusahaannya.
“Yang lebih penting adalah memperkuat internal, tak perlu khawatir pada netizen. Justru itu menjadi masukan. Sekecil apapun yang dikomentari, jangan diabaikan dan harus diambil sebagai masukan,” katanya menjawab pertanyaan salah satu mahasiswa di kelas Seminar Komunikasi Siber dan Public Relations.
Kemampuan penting yang harus dimiliki praktisi PR, kata Aqua, adalah ketegasan dan menguasai bidang tugas. Praktisi PR juga mesti memiliki kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual dan kemampuan komunikasi yang baik karena PR memiliki tugas membina komunikasi ke pihak internal dan eksternal.
Komunikasi intens, akrab, dan berkesinambungan harus dilakukan dengan internal dan eksternal, terutama ke media. PR harus paham apa yang dibutuhkan media. “Saat saya menjadi PR, di luar jam kerja, saya datang ke kantor dan ke rumah mereka untuk menjalin hubungan intens dan kekeluargaan,” cerita Aqua.
Dalam menghadapi media, praktisi PR harus memahami apa yang dibutuhkan media dan harus paham juga jam kerja mereka. PR jangan biasakan memberi uang, tapi pahami yang dibutuhkan media. Dengan memahami media dan menjalin hubungan yang intens dan kekeluargaan, PR akan terbantu saat menghadapi krisis. Karena, kalaupun ada pemberitaan menyangkut perusahaan di kala krisis terjadi, beritanya tetap soft.
Yang lebih utama lagi adalah praktisi PR harus mencintai pekerjaannya, sehingga dengan begitu, ia bisa totalitas bekerja. Karena, seorang PR yang bagus terlihat ketika ia mampu menangani krisis. Selain itu, nilai-nilai lain yang harus dimiliki seorang PR menurut Aqua adalah praktisi PR harus humble dan mau belajar.
“Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah kelas,” pesannya.
Sementara itu, dosen pengampu mata kuliah, Dr.Elva Ronaning Roem berterima kasih pada Aqua karena bersedia membagi ilmu tentang PR dan ilmu komunikasi. Ia berharap mahasiswa yang mengambil mata kuliah di kelas itu bisa mengambil ilmu dan manfaat sebesar-besarnya dengan kehadiran Aqua Dwipayana meski melalui zoom. (rin)