Mendiang Rima Melati dikenang banyak orang bukan hanya sebagai artis film senior.
Tetapi lebih dari itu, sebagai manusia seutuhnya yang selama rentang waktu kehidupannya menciptakan banyak karya fenomenal di bidang yang dia geluti: Menyanyi, model, perarawati, aktris film, dan resto.
Di awal tahun 70 an bekerja sama Pemprov DKI Rima membuka Jaya Pub, yang dari namanya saja waktu itu masih asing di telinga awam.
Jaya Pub berlokasi di jalan Thamrin, Jakarta Pusat, adalah Pub pertama yang menopang Jakarta sebagai kota Metropolitan.
Pub adalah singkatan dari “Public House” dan merupakan tempat minum umum bergaya Inggris.
Arti kata pub dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat hiburan khusus untuk mendengarkan musik sambil minum-minum yg dibuka pada waktu malam (sampai larut malam).
Tidak cuma itu. Rima juga memotori di awal sekali membuka resto untuk pengunjung asing dengan nama “La Bistro” melengkapi Jakarta sebagai kota dunia.
Bistro atau bistrot dalam perwujudan aslinya di Paris, adalah sebuah rumah makan kecil yang menyajikan makanan sederhana dengan harga menengah dan juga alkohol. Jangan lupa pula La Bodega. Yang terakhir ini nama restonya yang konsepnya dari Spanyol.
Bodega adalah sebuah toko kelontong kecil yang biasanya berada di lingkungan hispanik. Toko-toko ini sebenarnya mirip dengan warung yang ada di Indonesia namun lebih modern dan besar.
Begitulah cara Rima dan tentu saja bersama suaminya mendiang Frans Tumbuan, (wafat 2015) mempelopori atau menjadi trend setter gaya hidup di era global.
Sebelum itu, Rima mempelopori dunia mode dan fashion menjadi industri. Basicnya, dia memang model dan peragawati lalu mengembangkan kegiatan pagelaran busana secara rutin dan teratur sehingga menjadi sentra ekonomi yang menyerap lapangan pekerjaan bagi banyak skill di bidang itu.
Untuk melengkapi, Rima mendirikan IMA (Indonesia Model Agency ) demi merekrut tenaga -tenaga terdidik memasuki dunia fashion secara professional.Di dunia fashion yang jadi mentornya tak lain Non Kawilarang, ibunya sendiri, yang pelopor butik, salah satunya yang terkenal di Hotel Borobudur — di kala butik juga masih asing di telinga sebagian awam di masa itu.