Rima Melati wafat Kamis (23/6) petang pukul 15.14 WIB (bukan 15.25 seperti banyak ditulis) di RSPAD Jakarta.
Meski menderita sakit cukup lama akibat konplikasi pelbagai penyakit, tetapi kepergiannya tetap saja sebuah kehilangan bagi Indonesia. Ditinggal pergi seorang yang multitalent dan multitasking yang sangat dibutuhkan negeri ini.,
Sejak berita kematiannya menyebar di media pers, media sosial, terutama di group WhatsApp, praktis sejak itulah menyebar ungkapan berkabung atas kepergian seniman lintas jaman dan lintas pergaulan.
Mulai dari Presiden RI pertama Bung Karno hingga pelayan resto dan tukang parkir kedai minumnya (Pub) atau tukang lampu produksi film.
Meski sudah sekitar empat tahun menderita sakit dan seperti menarik diri dari peredaran di publik, tetapi masyarakat awam generasi sekarang pun masih mengenal namanya, mengenal perjuangannya.
Rima adalah penyintas penyakit kanker, yang berkat tekad dan kegigihannya kanker berhasil sembuh sekitar 30 tahun lalu di Amsterdam. Para penggemar itu lewat caranya sendiri menyatakan berkabung.
Antaranya, itu tadi, mengunggah foto-foto dokumentasi Rima Melati. Benar kata pepatah. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia meninggalkan kesan mendalam atas perbuatan baiknya.
“Ya, semua kenangan baik tentang Mbak Rima itu, benar. Dia orang yang sangat baik kepada semua orang, zonder pilih–pilih. Dia membantu siapapun,” kenang Widyawati, artis senior sahabat Rima Melati dalam percakapan Jumat ( 24/6) pagi.
Berita kematian Rima pertama kali memang diposting oleh istri almarhum aktor dan politikus Sophan Sophiaan itu di WAG komunitas artis senior Indonesia. Setelah itu saya lmengontak dia.
“Benar. Baru lima menit lalu saya terima kabar dari putranya Aditya yang sedang berada di RS,” kata Widya memastikan keraguan, Kamis (23/6) petang.
Sebelumnya, sekitar seminggu lalu, ketika baru beberapa hari diopname di RSPAD merebak berita hoax tentang kematian Rima.