“Saya belajar bahasa asing untuk berkomunikasi dengan orang yang budayanya berbeda. Dulu waktu kuliah Jurusan Teologi di Inggris, saya belajar bahasa Ibrani dan bahasa Yunani. Saya sangat menikmati belajar bahasa tersebut. Saya mencari tahu bahasa apa lagi yang diajarkan di Universitas Exeter. Universitas itu satu dari dua universitas di Inggris yang mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia. Itu kesempatan yang baik dan unik. Jadi, saya ambil mata kuliah itu,” ucapnya.
Pada 2019 Joshua tinggal di Padang untuk belajar BIPA di Unand selama setahun. Tahun berikutnya, ia terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Magister Linguistik Unand.
Menurutnya, belajar bahasa Indonesia di Pusat Bahasa Unand jauh lebih baik daripada di Inggris karena ia bisa berlatih langsung berbahasa Indonesia dengan teman dan tetangganya di Padang.
Di Pusat Bahasa ia juga belajar tentang budaya. Misalnya, ketika Ramadan, ia belajar tentang Ramadan dan menjadi tahu mengapa puasa itu penting bagi orang Islam. Ia juga belajar tentang makanan dan masakan khusus untuk buka puasa atau untuk merayakan Idulfitri.
“Hal itu penting bagi saya tidak hanya untuk menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, tetapi juga untuk memakai untuk berkomunikasi dan belajar budaya. Di Pusat Bahasa Unand saya juga senang membaca dongeng, seperti cerita kancil, bawang merah dan bawang putih karena dalam cerita seperti itu ada nilai budaya,” katanya.
Kepala UPT Pusat Bahasa Unand, Sawirman, mengatakan bahwa Unand memiliki beberapa program BIP, yakni program pertukaran mahasiswa, program summer/winter, program darmasiswa, program kerja sama (beasiswa Unand), dan program kursus bahasa Indonesia.
Pengajar senior di BIPA Unand, Sulastri, mengatakan bahwa jumlah alumni BIPA Unand sudah lebih dari 200 orang. Alumni tersebut berasal dari Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Iran, Mesir, Rumania, Madagaskar, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Thailand. (benk)