”Membuat sesuatu yang mudah menjadi rumit itu sudah biasa, tetapi membuat sesuatu yang rumit menjadi mudah, itu yang disebut kreativitas” –Charles Mingus–
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki dua musim saja, musim hujan serta musim kemarau. Faktor musim ini sering kali dijadikan acuan dalam mendesain serta merancang suatu bangunan. Adapun salah satu aspek penting yang berhubungan dengan musim/cuaca adalah atap. Bagaimanapun atap sebuah bangunan memiliki fungsi yang sangat vital karena melindungi para penghuni didalamnya.
Jika melihat kembali pada sejarah, para perencana bangunan zaman Belanda mendesain atap dengan sudut kemiringan yang curam, biasanya lebih dari 30 derajat, sekitar 35-45 derajat. Kemiringan atap ini didesain sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik wilayah. Adapun sudut kemiringan yang curam yang terdapat pada struktur atap memungkinkan dedaunan yang jatuh karena hujan atau karena sudah tua bisa turun ke bawah tanpa harus dibersihkan, sehingga memperkecil kemungkinan talang tersumbatkarena jatuhnya dedaunan karena gaya gravitasi. Elemen atap bangunan tropis yang dominan adalah atap pelana, atap perisai dan pergola yang menaungi ruang dalam dan menghindari dari teriknya sinar matahari.
Permasalahan utama yang sering kali dihadapi oleh negara dengan iklim tropis adalah curah hujan yang besar sehingga beban air hujan yang jatuh di atap harus segera di alirkan. Atap pelana, perisai ataupun atap miring karena kemiringannya sehingga dapat mengalirkan air hujan dengan lebih mudah selain itu overstek pada atapnya dapat melindungi bangunan (terutama kusen) dari tampias air hujan itu. selain itu overstek-nya dapat pula menjadi pereduksi sinar matahari.
Jika dibandingkan dengan rumah-rumah yang berada pada negara subtropis, sebagian cukup menggunakan dak beton atau atap dengan sudut yang landai walaupun sebagian pula memakai penutup atap yang sama-sama memiliki kemiringan yang curam supaya dimungkinkan benda-benda yang jatuh di atap bisa turun dengan sendirinya.
Di Indonesia sendiri, desain atap tropis ini dapat dilihat pada perumahan-perumahan peninggalan zaman Belanda, sebagian masih ada, sebagian lagi sudah direnovasi bahkan sudah dibongkar. Di perumahan tersebut terlihat sudut kemiringan yang curam dan namun memberikan fungsi yang baik bagi bangunan secara keseluruhan.
Adapun beberapa developer juga sering kali menggunakan referensi atap tropis ini sebagai acuan dalam desain, tanpa mengesampingkan unsur lainnya seperti topografi wilayah, serta kondisi ekosistem yang berada pada daerah sekitarnya. Di sisi lain yang tidak boleh kita kesampingkan adalah mengenai isu lingkungan, konservasi alam yang sedang di kampanyekan menjadi alasan untuk melakukan perencanaan dan perancangan bangunan yang ramah lingkungan, baik secara desain maupun bahan bangunan. Lingkupnya memang lebih luas karena dampak yang terjadi akibat pembangunan di satu wilayah bisa menjadi masalah bagi wilayah lain jika tidak diperhatikan dampaknya.
Hal yang sama juga kami terapkan dalam Marcindo Studios, kami sebagai salah satu studio yang berbasis di Kota Padang, memiliki visi yang sama dalam mewujudkan ekosistem bangunan yang sustainable serta eco-friendly. Adapun upaya kami dalam merealisasikannya dengan cara merancang suatu bangunan yang hemat energi serta menggunakan material yang ramah akan lingkungan.
Berikut adalah beberapa contoh rancangan yang telah kami pernah kami kerjakan sebelumnya
Pada project yang pertama ini adalah sebuah proyek hunian rumah tinggal dengan luas tanah mencapai 170 m2, rumah satu lantai ini dibangun dengan konsep minimalis serta sedikit sentuhan industrial. Pada rumah ini dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 1 kamar pembantu, serta 3 kamar mandi. Atap rumah ini berbentuk ataap sandar, adapun atap semi sandar dipilih agar sampah atau dedaunan yang jatuh pada atap dapat turun dengan sendirinya, rumah ini dilengkapi dengan halaman depan serta halaman belakang, dan rumah ini juga didominasi oleh kaca yang memberikan dampak positif terhadap pengurangan penggunaan listrik pada siang hari. Untuk visualisasi dari bangunan yang telah dirancang dapat dilihat pada gambar rencana di bawah ini.
Tim Penulis: Krisna Monica, M. Daffa Ramadhan, Muhazir Yunus, Akhyarul An Gasyani.