TANAH DATAR – Karyawan Bank Nagari Cabang Batusangkar dan Lintau, setiap Kamis akan menggunakan seragam baru jenis songket produksi Sentra Tenun Lintau, Kabupaten Tanah Datar. Tidak menutup kemungkinan, songket lintau itu akan menjadi pakaian seragam seluruh karyawan bank tersebut.
Demikian dikatakan Komisaris Utama Bank Nagari Benni Warlis, saat menerima secara simbolis bahan pakaian seragam songket dari Pembina Yayasan Kriya Minangkabau yang mengelola Sentra Tenun Lintau di Nagari Tigo Jangko Ibu Hj. Mufida Jusuf Kalla, Jumat (18/3), di Lintu Buo.
Turut menyaksikan, mantan Wakil Presiden RI H. Muhammad Jusuf Kalla, Ketua Yayasan Kriya Minangkabau Prof. Fasli Jalal, Sekretaris Yayasan Ny. Masriadi Martunus, Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy, Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Teddy Minahasa Putra, Kepala Bank Nagari Cabang Batusangkar Fauzan, Pengawas Sentra Tenun Novian Zein, dan Manager Operasional dan Umum Sentra Tenun Lintau Yudiferi.
‘’Untuk mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Bank Nagari siap bekerjasama dengan semua pihak. Sebentar ini, saya menerima songket produksi Sentra Tenun Lintau dari Ibu Hj. Mufida, untuk digunakan sebagai seragam karyawan. Tahap awal kami pesan untuk 90 lembar,’’ sebut Benni.
Menurutnya, pakaian seragam jenis songket khas Minangkabau itu, tidak kalah dengan bahan pakaian produksi luar daerah. Untuk itu, Benni mengakui, karyawan Bank Nagari akan bangga mengenakannya sebagai seragam, dan digunakan pada hari yang sudah ditetapkan pihak manajemen.
Selaku perintis dan pembina Sentra Tenun kebanggaan masyarakat Sumbar itu, Ibu Hj. Mufida mengaku sangat terharu, karena apa yang menjadi cita-citanya sejak lama kini sudah menjadi kenyataan. Lintau berhasil tumbuh menjadi daerah penghasil songket berkualitas, memanfaatkan tenaga kerja lokal yang sudah dilatih.
“Sentra Tenun ini kita niatkan untuk membantu perekonomian masyarakat dengan membuka lapangan kerja, terutama ditujukan kepada remaja-remaja putus sekolah dan belum bekerja. Di Sentra Tenun mereka kita latih. Setelah mahir, mereka memproduksi songket dan batik untuk memenuhi pesanan konsumen,” sebutnya.
Proses pembinaan para siswa di Sentra Tenun Lintau diawali dari tingkat dasar, tingkat lanjutan, dan tingkat mahir. Para siswa yang berada pada level lahir itulah yang memproduksi songket yang dipasarkan, sesuai permintaan konsumen. Beberapa waktu belakangan, ujarnya, pesanan tenunan dari Sentra Tenun Lintau datang dari korporasi, termasuk Bank Nagari. Ada juga pesanan perorangan yang umumnya berasal dari kalangan artis, pengusaha, dan pejabat.
Jusuf Kalla dalam sambutannya mengatakan, untuk mengembangkan produksi songket di Sentra Tenun Lintau membutuhkan kesadaran dan rasa bangga bersama, terutama dari daerah-daerah yang memproduksi. “Kalau kini Bank Nagari sudah menggunakan songket produksi Sentra Tenun Lintau ini untuk seragam karyawan, maka ke depan diharap bisa pula dilakukan pemerintah daerah, korporasi, dan masyarakat luas,” ujarnya.
Beliau menyebut, gerakan bangga menggunakan peroduksi lokal itu bisa diawali oleh Pemerintah Daerah Tanah Datar, lalu berkembang ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan daerah-daerah lainnya di Sumbar. Penggunaan seragam berbahan produk lokal Luak Nan Tuo itu, ujarnya, bisa pula digunakan untuk uniform pada acara-acara tertentu.
Bila banyak permintaan, tuturnya, maka produksi akan terus meningkat. Kalau produksi sudah meningat, Jusuf Kalla optimis, Sentra Tenun Lintau akan berkembang. Muaranya, terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk diketahui, tegasnya, yang memproduksi songket di Sentra Tenun Lintau adalah para siswa, yang umumnya berasal dari keluarga kurang mampu.
Sentra Tenun Lintau mulai beroperasi setelah diresmikan Ibu Hj. Mufida pada Selasa, 8 Mei 2018 lalu. Selaku ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda), saat itu dia menyampaikan harapan, dengan hadirnya pusat pendidikan dan produksi tenunan songket dan baik khas Minangkabau itu, dapat membantu perekonomian masyarakat.