PADANG – Pembelajaran berbasis mata pelajaran pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas (SMP/SMP) berpotensi menyebabkan siswa membawa tas yang berat ke sekolah. Siswa harus membawa buku yang banyak. Sekolah harus pintar mencarikan solusi dari keluhan yang telah lama disebut-sebut itu.
“Penggunaan buku elektronik merupakan salah satu solusi yang bisa diaplikasikan,” kata Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Syarifuddin, kepada Singgalang, Sabtu (5/8).
Ditambahkan buku pelajaran cetak cukup digunakan di sekolah. Buku tersebut tidak perlu dibawa siswa pulang ke rumah masing-masing untuk dibawa balik ke sekolah. Jika guru akan memberikan pekerjaan rumah, maka buku elektronik bisa dijadikan referensi.
“Tidak memberikan pekerjaan rumah juga bukan pilihan yang bagus. Cukup banyak orang tua yang mengeluhkan jika tidak ada pekerjaan rumah maka anak-anak mereka hanya bermain-main saja di rumah. Sehingga perlu juga pada saat tertentu guru memberikan pekerjaan rumah sebagai alat kontrol siswa,” jelas Syarifuddin.
Namun, untuk sekolah-sekolah yang sudah didukung ketersediaan perangkat informasi dan telekomunikasi, seperti komputer dan jaring internet, bisa juga memperluas penggunaan buku elektronik di sekolah. Sehingga, guru dan siswa akan memiliki keluasan yang lebih dalam mendukung proses belajar mengajar.
“Bagi sekolah yang telah menerapkan kurikulum merdeka juga bisa disiasati dengan memasukkan kegiatan P 5 pada jadwal mata pelajaran harian. Alhasil, dengan sendirinya jumlah mapel yang mengharuskan siswa membawa buku akan berkurang,” tukuk Syarifuddin.
Terakhir, Syarifuddin juga menyarankan sekolah secara bertahap menyiapkan loker-loker siswa yang ada di lokal masing-masing. Sehingga, keluhan buku atau perlengkapan yang hilang di sekolah akan bisa diminimalisir.
“Pengadaan loker memang membutuhkan dana yang besar. Makanya dilakukan secara bertahap,” Syarifuddin, mengakhiri.(Hirval)