Lebih dari 337.000 mitra pelaku usaha mikro di wilayah Sumatera telah menerima permodalan dari Amartha, dan sepertiganya berada di Sumatera Barat. Sektor yang paling banyak menerima permodalan adalah sektor perdagangan, porsinya mencapai lebih dari 60 persen. Kemudian disusul dengan sektor lainnya seperti pertanian, industri rumah tangga, dan sektor kerajinan.
“Melihat jumlah mitra di wilayah Sumatera yang masih terus bertambah, upaya Amartha untuk mendigitalisasi UMKM masih akan terus berlanjut. UMKM berpotensi besar untuk dapat tumbuh jika dapat mengadopsi digitalisasi dan memberikan kemudahan transaksi dari desa,” sebutnya.
Namun, digitalisasi UMKM membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak agar dapat terakselerasi. Untuk itu, Amartha membuka peluang bekerja sama baik dengan perbankan, ecommerce, maupun pemerintahan setempat untuk bersama-sama mendukung akselerasi digitalisasi bagi UMKM Indonesia.
Dalam media gathering itu Amartha juga menghadirkan narasumber lainnya yakni Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Nazwir.
Dia mengapresiasi beradaan Amartha sebagai perusahaan microfinance, yang memberi kemudahan bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya.
“Saat ini terdapat sekitar 600 ribuan UMKM berada di bawah binaan Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar. Jumlah itu naik dibanding sebelum pandemi, sebab saat pandemi hingga kini UMKM di daerah kita terus bertumbuh,” terangnya.
Guna membantu pelaku UMKM mengembangkan usahanya lewat berbagai program pemerintah Sumbar.
“Instruksi gubernur, satu OPD diharuskan membina UMKM. Tujuannya agar UMKM terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan,” ujar Nazwir.
“Dewasa ini UMKM kita terus bertumbuh apalagi selama pandemi.
Tentang Amartha
PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) didirikan pada tahun 2010 sebagai perusahaan microfinance. Pada tahun 2016 Amartha bertransformasi menjadi perusahaan teknologi finansial yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).