MENTAWAI – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Mentawai menggelar simulasi penanganan darurat potensi megathrust dan apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di Tuapejat, Kamis (5/9).
Simulasi ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat setempat menghadapi isu gempa bumi berpotensi tsunami yang baru-baru ini dikabarkan akan terjadi, dimana Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu daerah yang berpotensi terjadi megathrust dengan potensi gempa bumi mencapai 8,9 SR.
Pj Bupati Kepulauan Mentawai, Fernando Jongguran Simanjuntak menyebutkan, Kepulauan Mentawai merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di zona megathrust akibat pertemuan lempeng induk Australia dan lempeng Eurasia, mau tak mau harus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Berdasarkan hasil penelitian para ahli, diperkitan potensi gempa berkekuatan 8,9 SR dapat terjadi di barat daya Pulau Siberut, berpotensi menghasilkan tsunami setinggi 20 meter dengan waktu tiba kurang dari 7 menit di beberapa daerah pesisir. Kondisi ini menuntut kami untuk lebih waspada, memperkuat kesiapsiagaan, setiap menit, setiap detik sangat berharga ketika bencana datang. Oleh karena itu penting bagi kami untuk membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami ini,” ujar Fernando.
Dari total 43 desa yang ada di Kepulauan Mentawai, terdapat 24 desa terletak di pesisir pantai yang berpotensi gempa bumi dan tsunami serta 10 desa berada langsung di wilayah landasan tsunami.
“Oleh karena itu kesiapsiagaan di desa-desa itu sangat krusial. Kami mengajak seluruh masyarakat untuk siap siaga menghadapi bencana. Indeks risiko bencana Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2023 adalah 162,58 yang termasuk ke dalam kategori tinggi dengan indeks ketahanan daya sebesar 0,41,” imbuhnya.
Sementara Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, mengimbau masyarakat dengan adanya isu megathrust, agar tidak perlu bersikap terlalu takut, namun perlu untuk meningkatkan kesiapsiagaan apabila bencana benar-benar terjadi.
“Dengan munculnya isu megathrust ini, tidak perlu bersikap terlalu takut, tapi sisi lain juga meningkatkan kesiapsiagaan, salah satunya hari ini kita laksanakan apel kesiapsiagaan, kemudian juga menggelar simulasi mandiri evakuasi. Saya yakin masyarakat Kepulauan Mentawai ini sudah cukup paham terkait kondisi wilayahnya. Agar kalau itu nanti benar-benar terjadi, kita sudah bisa memahami hal-hal yang harus dilakukan ketika bencana itu terjadi,” kata Suharyanto.
Meski isu megathrust ini tidak dapat dipastikan kapan dan dimana akan terjadi namun dia tetap mengajak masyarakat agar lebih waspada, mengingat pada tahun 2010 lalu, gelombang tsunami pernah melanda Mentawai.
“Kita harus tetap waspada, siaga tapi tidak perlu juga takut. Kita semua di samping menyiapkan diri kita dalam rangka, apabila itu terjadi betulan. Mentawai tercatat ada gempa bumi dan tsunami pada tahun 2010, itu mudah-mudahan tidak terjadi lagi di masa hidup kita, atau tidak terjadi lagi di masa hidup anak cucu kita. Mudah-mudahan terjadinya nanti di sepuluh generasi ke depan,” tukasnya. (rky)