Cukup beruntung saya datang lebih awal, sehingga Eko bisa bergantian dengan Viona memandu saya tur tipis-tipis di rumahnya. Bangunan rumah Eko bergaya mediterania seluas 2000 m2. Dibangun di atas tanah seluas 900 m2 yang terletak di hook jalan di jantung kawasan segitiga emas Kuningan, Jakarta Selatan.
Bangunan rumah 4 lantai, termasuk basement (ruang bawah tanah). Memiliki 5 kamar tidur, ruang tamu yang luas menyatu dengan ruang makan. Rumah itu dilengkapi juga dengan ruang keluarga yang berisi perangkat alat musik. Selain tangga, Eko melengkapi rumahnya dengan “lift” untuk akses menghubungkan seluruh lantai di rumah itu. Di lantai dasar, ada juga mushala kecil di samping ruang tamu.
Sering lewat saat jogging
Eko menceritakan ihwal dia membeli tanah itu. Setiap jogging pagi dia melewati daerah tersebut. Ada satu rumah yang membetot perhatiannya. Rumahnya tua (istilah Eko, busuk), tidak terurus, hanya digunakan untuk parkir mobil. Sampai satu kali dia melihat di pagarnya terpasang papan pengumuman akan dijual. Nah.
Eko tertarik karena ia memang sedang mencari-cari tanah untuk membangun rumah. “Anak-anak sudah besar, sudah bosan tinggal di apartemen,” ujarnya. Eko dan Viona dianugerahi tiga anak buah perkawinannya tahun 2001. “Si Sulung tahun ini selesai kuliahnya,” terang Eko.
Ketiga anak itu : Nayla Ayu, Cannavaro Adrevi Putra Purnomo dan Syawal Adrevi Putra Purnomo.
Eko pun mengontak agent yang kemudian mempertemukannya dengan pemilik rumah. Surprise! Ternyata pemiliknya kawannya sendiri. Dealnya pun cepat jadi. Eko memerlukan waktu dua tahun membangun rumah itu sampai rampung. Desainnya sesuai rembukan Eko dan Viona yang diterjemahkan oleh arsitek. Perangkat furnishnya pun demikian.
Meski Eko tak menyebut, masuk akal jika Atta menyebut “valuasinya” Rp150 M. Tanah saja di daerah elit itu mencapai Rp100 juta m2. Rumah itu baru lima bulan lalu ditinggalinya Maka, selain selamat ulang tahun, ucapan yang mengalir untuknya adalah selamat menempati rumah baru. Semoga seperti diidamkan banyak orang, menjadi “rumahku surgaku.” (*)