LIMAPULUH KOTA–Bakal calon Gubernur Sumbar, Epyardi Asda, bersilaturahmi dengan Niniak Mamak, Bundo kanduang, dan tokoh masyarakat Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, di Nagari Batua Payuang, Jumat (21/6/2024). Di sana Epyardi memperkenalkan diri dan menjelaskan program kerjanya jika menjadi gubernur. Setelah itu, terjadi tanya jawab di antara mereka.
Salah seorang niniak mamak bertanya apakah Epyardi bisa menganggarkan dana untuk pembangunan atau rehabilitasi balai adat di tiap nagari jika menjadi gubernur. Epyardi menjawab bisa. Ia menjelaskan bahwa di Kabupaten Solok ia telah melakukan hal itu.
“Saya salah satu kepala daerah yang menganggarkan dana untuk balai adat. Di Kabupaten Solok saya menganggarkan dana dari Rp150 juta hingga Rp200 juta untuk merehabilitasi balai adat. Sebelumnya, tidak ada kepala daerah yang berani membantu balai adat,” ujar Bupati Solok itu.
Orang yang tidak memahami aturan, kata Epyardi, tidak berani melakukan itu karena menganggap bahwa pemerintah daerah tidak boleh menganggarkan dana untuk balai adat. Akan tetapi, Epyardi berani melakukan itu karena tahu caranya dan tidak dianggap masalah oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
“Syaratnya, status balai adat harus milik pemerintah nagari sehingga menjadi milik nagari. Kalau milik nagari, boleh dianggarkan dana untuk balai adat, tapi yang melaksanakannya pemerintah nagari. Makanya, saya kasih bantuan keuangan khusus, yang diserahkan kepada wali nagari, yang diperuntukkan untuk balai adat,” tutur Epyardi.
Jadi, kata Epyardi, jika ia menjadi gubernur, dana untuk pembangunan atau merehabilitasi balai adat bisa dianggarkan dalam bentuk bantuan keuangan khusus untuk pemerintah kabupaten.
Mengenai perhatiannya kepada niniak mamak, Epyardi mengatakan bahwa ia mungkin satu-satunya kepala daerah yang mengirimkan surat edaran kepada wali nagari untuk menganggarkan dana guna pembinaan niniak mamak, adat istiadat, dan kesenian tradisional Minangkabau.
Selain itu, ada niniak mamak yang bertanya jika Epyardi menjadi gubernur, apakah pintu kantor gubernur dan rumah dinas gubernur terbuka lebar untuk niniak mamak. Epyardi mengatakan bahwa ia akan membuat ruangan-ruangan di kantor gubernur untuk ulama dan niniak mamak.
“Jika saya jadi gubernur, nanti di kantor gubernur ada bilik-bilik sebagaimana di rumah. Ada bilik untuk ulama, Buya, sebagai penasihat spiritual gubernur. Ada bilik untuk niniak mamak tempat membahas masalah adat, bagaimana adat dilestarikan dan diimplementasikan,” ucapnya.
Epyardi mengatakan bahwa baginya, janji politik bukan hanya janji, melainkan harus ditepati karena janji politik merupakan utang.
“Di Kabupaten Solok, saya selalu bertanya kepada masyarakat dan wali nagari jika saya mengunjungi nagari, adakah janji saya untuk nagari itu yang belum saya tepati. Kalau ada, saya akan memenuhinya sebab saya takut janji di dunia ditagih di akhirat,” tutur Epyardi. (r)