“Ama, Bintang lulus,” kata Bintang Maharani Putri, mahasiswi jurusan Sejarah UNP, kepada neneknya, Kendrimizawati (67). Dan, sang neneklah yang hadir di aula UNP ketika nama cucunya diumumkan, sebagai lulusan terbaik, magna cumlude. Perempuan yang disapa Ama oleh Bintang itu, sendu, air matanya menetes dalam keramaian anak-anak muda yang diwisuda itu. Ia menyaksikan Rektor UNP memindahkan jambul cucunya.
Ketika Bintang berusia 5 tahun, kedua orangtuanya berpisah dan membina rumah tangga masing-masing, sejak itu pula Bintang hidup bersama Ama di Birugo Bungo, Bukittinggi. Nenek yang perkasa memelihara cucunya sepenuh hati, membiayai hidupnya tak kenal Lelah. Gaji PNS-nya yang pas-pasan, bukan rintangan. Bersama Ama, juga tinggal cucu yang lain. Jika Bintang sejak usia 5 tahun, anak pamannya yang tinggal bersama neneknya, sejak usia 20 hari.
Perjalanan Panjang seorang guru, tak kenal lelah itu, berbuah hasil, cucunya nan cantik diwisuda, ia hadir dalam acara tersebut. Perempuan itu mendengar sendiri, pengumuman cucunya bisa tamat hanya 3,5 tahun dan meraih IPK 3,94.
“Semua ini, hidup ini, Bintang dedikasikan untuk Ama,” katanya pada Singgalang, Minggu (31/3). Rektor UNP, Prof Ganefri di tempat terpisah menyebutkan kebangaannya atas prestasi yang diraih Bintang. “Kami bangga atas prestasi Bintang,” kata Ganefri.
“Kami mengharapkan, Bintang bisa mengabdi di kampus, sehingga kebangaan kami terus terjaga dan ia bisa memberikan ilmu pada mahasiswa-mahasiswa baru nanti,”kata Kepala Departemen Sejarah FIS UNP, Dr Aisah. Ia ingat, judul skripsi mahasiswanya itu, “ Ulama dalam Perang Kemerdekaan di Sumatera Barat; Studi Maklumat Perang Sabil, 1945-1949.”
Dan, wisuda pun selesai, Bintang dipotret sana-sini, foto-foto itu viral di UNP bahkan ke berbagai grup di luar kampus.
Salah satu foto memerlihatkan Bintang bersama sang nenek, berdiri di auditorium UNP. Masih memakai toga, Bintang memegang ijazahnya sedangkan nenek memegang mapnya. Keduanya memakai warna jilbab senada. Nenek memegang bunga, hadiah untuk Bintang. Tampak selendang wisuda warna merah tergayut di leher Bintang. Di sana tertulis, “ Bintang Maharani Putri, SPD,” di sebelah kanan. Di kiri, “Magna Cumlaude,” Selendang atau selempang warna merah itu, terus menyertainya hingga beberapa jam kemudian.
Bintang melalui Aisah juga mendapat ucapan selamat dari Direktur Akademik UNP, “selamat, asisten Ibu Kadep magna cumlaude,” katanya. Menurut Aisiah, anak didiknya itu pernah menulis di jurnal terakreditasi Scopus Q3. Tulisan itu dibuat berdua.
Prestasi akademik Bintang Maharani Putri, ternyata banyak. Meski masih kuliah, ia telah menulis dalam jumlah yang mengagumkan. Maka pantas ia meraih magna cumlaude. Ini artinya, pujian atau kehormatan yang tertinggi seorang lulusan. Prestasi ini hanya diberikan kepada mahasiswa yang punya prestasi akademis yang luar biasa secara konsisten.
Posisi itulah yang didedikasikan oleh Bintang kepada sang nenek, yang telah menjaganya sejak kecil, yang membiayi hidupnya. Karena itulah, ketika selesai wisuda, ia memeluk neneknya sedalam mungkin. Dan, perempuan perkasa itu, seperti dipeluk oleh masa depan yang ia tak bisa membayangkan eloknya.
Nenek tak usah ragu, sebab ia bisa S2 gratis di UNP.
“Prof, gratis S2 di UNP yo?”
“Siap,” jawab Ganefri pada Singgalang. Masa depan alumni MAN model Gulai Bancah ini, insya Allah cerah. *