Oleh Yuniar/Wartawati topsatu.com
Rona kegembiraan terpancar jelas dari wajah Syafril Mulia, 40, saat campuran tepung arang tongkol jagung dan tepung tapioka itu berhasil dibuat menjadi briket. Dia tampak takjup.
Apalagi saat briket itu berhasil dibakar dan menyala sempurna. Sungguh dia tak menyangka, tongkol jagung bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif sebagai bahan bakar pengganti minyak yang berasal dari fosil.
Lebih dari 12 tahun menjadi petani jagung di Jorong Bandarejo, Nagari Lingkuang Aua, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, tak sekalipun pria yang akrab disapa dengan sebutan Kang Moel ini mengolah tongkol jagung hasil kebunnya. Biasanya setelah biji jagung dipipil di tempat penggilingan, maka tongkolnya hanya akan menjadi sampah sebelum kemudian dibakar. Begitu saja seterusnya, tak ada pengolahan lanjutan.
Tapi berkat pelatihan dari Tim Pengabdian Departemen Kimia Universitas Negeri Padang (UNP) yang dipimpin Dwi Finna Syolendra, MPd., di jorong tempatnya tinggal, dia dan 18 peserta lainnya tak hanya dibekali ilmu tentang briket tongkol jagung, tapi langsung dengan praktik pengolahan limbah jagung menjadi briket. Sungguh mereka merasa beruntung.
Kegembiraan serupa juga dilontarkan Bowo. Pemuda 25 tahun itu malah melihat pengolahan tongkol jagung jadi briket akan menjadi usaha baru baginya sebagai pekerja serabutan. “Senang sekali dapat ilmu mengubah tongkol jagung jadi briket. Ini bisa jadi usaha baru buat saya,” katanya sukacita.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, Pasaman Barat (Pasbar) merupakan salah satu dari lima daerah penghasil jagung terbesar di Sumatra Barat. Pada 2021, dengan luas panen 43.885,10 hektare, Pasbar bisa memproduksi hingga 283.113,79 ton jagung. Sedangkan empat daerah lainnya, yaitu Kabupaten Pasaman dengan luas panen 15.931,90 hektare dengan produksi 196.073,11 ton, Kabupaten Pesisir Selatan dengan 22.156,00 hektare berhasil memproduksi 189.746,43 ton. Lalu, Kabupaten Agam dengan luas tanam 15.893,80 dengan produksi 119 623,71 ton, dan Kabupaten Solok Selatan dengan luas tanam 15.646,90 hektare memproduksi 95.210,56 ton jagung. Belum termasuk daerah lainnya di provinsi ini yang terdiri dari tujuh kota dan 12 kabupaten.
Salah seorang narasumber Pelatihan Pembuatan Briket Tongkol Jagung dari UNP, Boni Saputra, S.AP.MAP., mengatakan, produksi jagung yang tinggi tentu berbanding lurus dengan limbah yang diproduksi.
Meski sampai saat ini diakuinya pihaknya belum menghitung berapa jumlahnya, namun dipastikan cukup besar untuk bisa menjadi bahan baku bagi sumber energi terbarukan. “Lewat pelatihan ini, kami harapkan bisa mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan limbah tongkol jagung menjadi briket arang sebagai salah satu bahan bakar energi terbarukan pengganti bahan bakar fosil dari minyak tanah dan gas yang semakin hari jumlahnya makin menipis,” katanya.
Pemateri kedua dalam pelatihan itu, Melindra Mulia mengatakan, tongkol jagung dapat dijadikan sebagai bahan pembuat briket arang, karena kadar senyawa selulosa yang terkandung dalam tongkol jagung cukup tinggi, yaitu 42 persen. Kemudian 33 persen hemi selulosa, dan 18 persen lignin.
Penggunaan briket dari tongkol jagung disampaikannya juga jauh lebih ramah lingkungan, karena minimnya jumlah asap dan karbondioksida yang dihasilkan dari pembuatannya yang melewati proses pirolisis. “Pirolisis ini adalah proses pemanasan dengan sedikit atau tanpa oksigen,” sebutnya.