PADANG – Kota Padang menghasilkan sampah sekira 647 ton per hari. Bagaimana Kota Padang mengelolanya? Di era Hendri Septa, diluncurkan Padang Bagoro. Padang Bagoro merupakan aktivitas warga secara bersama untuk membersihkan lingkungannya.
“Awalnya program ini untuk PNS, kemudian menyebar luas ke warga,” ujar Hendri Septa kala itu. Setelah sukses pada pelaksanaan di bulan pertama tahun 2024, program ‘Padang Bagoro’ itu terus dilakukan hingga sekarang. Hendri Septa mengaku bangga dan bersyukur melihat pelaksanaan Padang Bagoro berjalan dengan semarak dan disambut antusias warga se-Kota Padang.
“Program Padang Bagoro ini adalah upaya kita untuk menggerakkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari keluarga,” ungkap Hendri Septa di sela monitoring sekaligus gotong-royong bersama warga di beberapa titik di kawasan Kelurahan Aie Pacah, Kecamatan Koto Tangah, awal tahun lalu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Fadelan Fitra Masta, di kesempatan terpisah menjawab pertanyaan tentang program Padang Bagoro, mengatakan program itu masih terus berlanjut.
Ia menyebutkan pelaksanaan Padang Bagoro dilakukan setiap sekali sebulan pada hari Minggu mulai pukul 07.00-10.00 WIB sesuai tanggal yang ditentukan.
“Program baik ini terus berlanjut dan dipertahankan karena bermanfaat,” ujarnya. Menurut Fadel, Padang Bagoro bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dalam upaya pengurangan sampah. Upaya pengurangan sampah merupakan bagian dari upaya pengelolaan sampah yang targetnya adalah 30 persen dari timbunan sampah Kota Padang yang mencapai 647 ton per hari. Sedangkan, sisanya 70 persen merupakan target penanganan sampah.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 yang kemudian diturunkan dalam Perda Kota Padang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah, pengurangan sampah meliputi upaya pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan, penanganan sampah meliputi: pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan akhir sampah. Fadel mengatakan Padang Bagoro membantu mengurangi sampah yang masuk ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
“Di samping itu, juga mengurangi sampah tidak terkelola yang masuk ke perairan sungai dan laut melalui penghilangan TPS liar,” ujarnya. Salah satu kuncinya, sebut Fadel, pemilahan sampah-sampah harus dipilah dari sumbernya, sehingga sebagian bisa dimanfaatkan, dan tidak semua akan diangkut ke TPA.
Menurut Fadel, Padang Bagoro membawa dampak positif yaitu secara langsung berupa meningkatnya kebersihan lingkungan di Kota Padang, menurun drastisnya wabah penyakit akibat sanitasi buruk, seperti DBD, malaria. “Dampak yg utama adalah meningkatnya kepedulian, perhatian, dan atensi banyak pihak terhadap kebersihan lingkungan,” ujarnya. (*)