PADANG-PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mendukung pengembangan bisnis nasabah segmen Commercial Banking atau perusahaan-perusahaan menengah, termasuk Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan BPR Syariah di Indonesia.
Salah satu dukungan tersebut dilakukan melalui partisipasi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo), Jumat (18/10/2024) di ZHM Hotel Padang
Team Head Commercial Banking BPR – CIMB Niaga Winda Fibriana menyampaikan CIMB Niaga aktif mendukung Perbarindo dan pengembangan bisnis BPR-BPRS dengan memberikan layanan perbankan yang lengkap mulai dari fasilitas kredit, funding, cash management, dan beragam produk lainnya untuk mendukung terbentuknya ecosystem financing.
“Dengan solusi yang komprehensif tersebut, diharapkan BPR-BPRS dapat tumbuh secara sehat dan memberikan layanan optimal kepada nasabah melalui solusi perbankan secara digital yang aman dan cepat,” katanya, Jumat (18/10/2024).
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Perbarindo 2022-2026 Tedy Alamsyah menyampaikan meskipun BPR-BPRS sempat mengalami turbulensi di masa Covid-19, namun prospektif di masa pemulihan ekoonomi nasional.
“Dalam masa pemulihan pasca Covid-19, BPR-BPRS akan selalu hadir di tengah masyarakat kecil, membantu upaya pemerintah memberantas rentenir,” katanya.
Tedy menkankan, agar BPR-BPRS dapat eksis dan memiliki daya saing perlu dilakukan penguatan terhadap BPR-BPRS.
“Kami menyambut baik kebijakan yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia, OJK dan LPS yang telah memberikan insentif bagi industri BPR-BPRS untuk mengoptimalkan ruang relaksasi dalam menjaga kinerjanya. Tentu upaya tersebut merupakan cara yang ampuh bagi kita bersama untuk tetap survive dan bangkit,” harapnya.
Terkait isu regulasi yang menjadi kendala dalam pengembangan BPR-BPRS, pihaknya berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang dapat mendorong BPR-BPRS bertumbuh secara positif.
Berdasarkan data OJK, kinerja BPR-BPRS masih terjaga dengan baik. Pada Maret 2024, total aset BPR dan BPRS tumbuh sebesar 7,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp216,73 triliun.