Daun Kawa, Dulunya Minuman Pribumi Kini Makin Bergengsi

Sejak beberapa tahun terakhir minuman daun kawa, telah menjadi branding baru wisata kuliner Sumatera Barat. Bermunculan kedai kedai kopi daun di Agam, Tanah Datar dan 50 Kota. Penggemarnya, bukan saja laki laki separoh baya dari kalangan baby boomers, yang pulang dari rantau bernostalgia menikmati minuman “orang terjajah” di era kulturstelsel, tapi banyak anak anak muda milenial bahkan generasi “Z”dari berbagai kalangan, yang berbicara nya menggunakan bahasa Melayu Tinggi. Mereka bukan hanya yang mengendarai sepeda motor berdua dengan pacarnya, banyak mampir dikedai kedai daun kawan kawa itu orang orang parlente karena banyak pengunjung yang datang mengendarai mobil mobil mewah.

Minuman daun kawa diseduh tidak dengan gelas bertadah piring, tapi dengan sayak tempurung. Tak ada yang merasa dilecehkan minum dengan sayak, karena ini bukanlah penghinaan, tapi begitulah adabnya, karena air daun kawa tak akan dicari jika dihidangkan dengan gelas kaca.

Sayak tempurung, adalah batok kelapa yang dibelah dua, dikikis licin bahagian luarnya. Sayak tempurung adalah gelas orang awam saisuak, di zaman cangkir tanah liat dan gelas kaca tergolong barang mewah, biasa dirumah rumah dan lepau lepau orang dulu menggunakan sayak sebagai cawan. Kini sayak menjadi tempat minum orang orang bergengsi, daun kawa yang juga hadir di toko toko online terkenal telah menjadi minuman bergengsi. (***)