Demi Kemajuan Daerah, Kebudayaan dan Sejarah Mesti Dilestarikan

Supardi mengatakan mengekplorasi kebudayaan dan sejarah bukanlah hal yang buruk. Justru itu termasuk sebagai upaya melestarikannya. Bahkan tanpa kebudayaan maka daerah dan masyarakat akan kehilangan identitas.

Ia mengatakan jika daerah lain tak malu mengekspos budaya mereka, maka Sumbar termasuk Payakumbuh juga tak boleh malu.

“Jika Bali mengekspos tari Kecak, kita juga punya banyak tarian hebat, tari payung, tadi pasambahan dan banyak lain. Sayangnya semua kekayaan budaya dan sejarah itu tak pernah serius diekspos selama ini,” tegasnya.

Supardi mengatakan mengubah nasib daerah akan mengubah pula nasib masyarakatnya. Saat ini Payakumbuh mengalami banyak permasalahan. Mulai dari banyaknya kemiskinan ekstrim, tingginya angka pengangguran, LGBT, penyalahgunaan narkoba dan lem hingga permasalahan anak kekurangan gizi atau stunting.

“Stunting ini yang sangat miris. Tidak ada dalam kamus orang Minang selama ini kelaparan. Rumah gadang dilengkapi lumbung, ini adalah konsep ketahanan pangan. Namun yang terjadi saat ini banyak rumah gadang yang diruntuhkan,” ujarnya.

Ia mengatakan tidak seharusnya lagi para pemangku kebudayaan, Ninik mamak, Datuak Bundo kandung bahkan masyarakat untuk santai-santai saja melihat situasi di Payakumbuh saat ini. Angka kemiskinan ektrem dan pengangguran tinggi, ini bisa memacu kriminalitas.

Bahkan penyalahgunaan narkoba dan LGBT semakin marak yang tentu saja merusak generasi penerus.

“Apakah kita masih bisa santai-santai mengabiskan hari dengan main hp tanpa memikirkan nasib anak cucu kita? Marilah bersama-sama merubah nasib daerah ini,” katanya.

Ia mengatakan memang tanggung jawab pemerintah untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat. Namun tanpa dukungan seluruh pihak di masyarakat tersebut itu sendiri maka hal itu sulit terwujud.

Apalagi mengingat APBD Payakumbuh tidaklah besar. Hanya Rp799 miliar yang 90 persennya berasal dari bantuan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

“Sebagian besar pendapatan daerah banyak hanya berasal dari pajak kendaraan bermotor. Itupun jumlahnya tak seberapa,” katanya.

Itulah mengapa, lanjut Supardi, harus ada terobosan untuk menjadikan Payakumbuh kota yang besar dan maju. Salah satunya melalui eksplorasi kebudayaan dan sejarah. Jika keduanya terekspos maka seluruh sektor lain akan ikut membaik.(T)