Dinas Kebudayaan Sumbar: Niniak Mamak Pilar Utama Pelestarian Adat

BUKITINGGI-Dalam upaya melestarikan adat dan budaya Minangkabau di tengah modernisasi, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Lembaga Adat. Kegiatan yang mengangkat tema “Alua samo dituruik, limbago samo dituang” ini bertujuan untuk membekali niniak mamak sebagai pemimpin adat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.

Kegiatan ini dihadir oleh Gubernur Sumatera Barat yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Jefrinal Arifin, Kepala Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Fauzi Bahar serta dihadiri oleh 75 Niniak mamak perwakilan pengurus LKAAM Kabupaten Kota se Sumatera Barat.

Pada sambutannya Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Jefrinal Arifin menyebutkan salah satu tantangan terbesar hari ini bagaimana memastikan bagaimana generasi muda tetap bisa mewarisi nilai-nilai adat budaya dengan baik.

“Tantangan terbesar hari ini bagaimana, generasi muda dapat memahami kebudayaan Minangkabau dengan baik di rantau maupun di ranah. Diharapkan Ninik mamak yang mengikuti bimtek ini bisa melakukan transfer pengetahuan kepada generasi muda,” sebutnya pada pembukaan kegiatan ini, Jumat (13/12)

Ia menambahkan Niniak mamak, yang hadir dalam kegiatan ini juga bisa menginisiasi kerjasama antara KAN (Kerapatan Adat Nagari) dengan sekolah.

“Kita juga harapkan Niniak mamak, juga melakukan kerjasama dengan sekolah. Untuk melakukan transfer ilmu kepada guru dan nantinya dari guru diharapkan bisa meneruskan kepada siswa,” tambahnya.

Ia juga menambahkan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat juga menggelar bimtek dan pelatihan terkait adat Budaya Minangkabau bagi masyarakat Minangkabau yang ada di Rantau, Semisal di Jakarta, dan akan dilakukan di Bandung dan Surabaya.

Senada dengan itu Kepala Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Fauzi Bahar menyatakan hal yang serupa, selain adat budaya ia menilai penting untuk membiasakan kembali berbahasa daerah.

“Jadi yang kita cemaskan hari ini, tergerusnya adat budaya kita termasuk bahasa. Hari ini dimana-mana mengunakan bahasa Indonesia termasuk dalam keluarga, bisa-bisa hilang bahasa Minangkabau,” sebutnya.

Ia menyebutkan sudah semestinya adat, kebudayaan dan bahasa bisa masuk kedalam sistem pendidikan sekolah, agar kebudayaan terus bisa diwariskan kepada generasi muda.

“Bagaimana nantinya adat budaya dan bahasa bisa membentuk kepada akhlak, budi pekerti,” sebutnya.

Pembahasaan terakait soal Agraria