Oleh Yunisma
PADANG-Perempuan itu lumpuh total. Sudah lama. Tapi, ia punya dunia yang “menggetarkan” hati. Perempuan itu bernama Silvia.
Jemarinya, seperti juga jemari lentik anak gadis lainnya, adalah kekuatan. Lihai merajut, selihai libero sepakbola menggiring si kulit bundar.
Ia adalah guru dari alam, juga bagi anak-anak disabilitas. Pada sepotong siang yang sempurna, perempuan ini, berbagi ilmu untuk kaumnya.
Lewat gerakan tangan dan bibir Silvia Piobang (39) memandu peserta pelatihan merajut gratis yang dia gelar. Sekali, dua kali peserta tetap tak paham, ke mana benang harus dirajut lewat jarum besi panjang ukuran 20 Cm.
Silvia kembali mengulangnya dengan gerakan yang sama. Hasilnya tetap sama. Peserta merajut, penyandang status tuna rungu dan tuna daksa itu tetap saja tak paham instruksi perempuan yang tak lagi bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Lalu dia pun dibantu seorang perempuan yang duduk di antara perempuan tuna runggu tersebut. Perempuan itu sedikit banyak mengerti bahasa isyarat. Hasilnya peserta merajut gratis itu bisa menyatukan satu benang membentuk sebuah benda bernilai dan bisa mereka pakai.
Saat sibuk, sesekali, Silvia melirik ibudanya. Mata orang tua itu, sedalam samudera. Ia membalas tatapan anaknya, lalu Silvia tekun kembali. Tatkala anaknya serius berbagi ilmu pada kaumnya, sang ibu menyelesaikan senyum bahagianya.
Wilda, 47, salah satunya, berteriak meluapkan kegembiraan karena bisa memutar benang sesuai petunjuk dari Silvia. Karena bisu, teriakannya hanya terdengar seperti kegaduhan saja. Namun lewat binar mata Wilda, diketahui dia sedang bahagia.
Begitu juga dengan peserta yang lain. Mereka mengungkapkan perasaan senang lewat bahasa dan isyarat tubuh
“Kegiatan merajut gratis ini diselenggarakan selama tiga hari. Alhamdulillah semua peserta sudah bisa buat tas, sarung hp, sarung handsanitizer dan konektor,” kata Silvia pada wartawan beberapa waktu lalu.
Kondisi wabah pandemi, membuat Silvia banyak di rumah. Lalu muncul ide dibenaknya untuk membuat pelatihan merajut untuk ibu-ibu rumah tangga, khsusu penyandang disabilitas. Niat Silvia direspon positif oleh rekan sesama disabilitasnya.
“Kebanyak dari peserta tidak punya keahlian. Jadi mereka sangat senang ketika saya tawarkan pelatihan merajut gratis ini. Harapannya mereka bisa produktif di tengah pandemi. Apalagi sekarang kondisi ekonomi masyarakat terpuruk. Semoga ketika bisa merajut mereka bisa membuat produk lewat rajutan, dijual dan menghasilkan uang,” kata anak semata wayang dari Suryati itu.