Dalam berjalannya waktu, selama menjalani pengobatan Silvia terus kontrol ke dokter. Hingga suatu hari dia melihat seorang perawat di salah satu rumah sakit di Padang sedang belajar merajut. Spontan saja perempuan lulusan DIII sebuah perguruan tinggi di Padang itu tersihir. “Tiba-tiba saya ingin pula merajut. Sebab saya lihat cara perawat itu merajut begitu mudah,” katanya mengulang kenangan.
Perjalanan Silvia dalam menjalankan harinya sebagai perajut pemula tidak berjalan mulus. Sebab beberapa kali dia sempat mendapat penolakan di beberapa tempat pelatihan. Orang memandang sebelah mata kemampuannya. Silvia tidak menyerah. Dia kuatkan dirinya dengan yakin, bahwa dia pasti bisa bila terus belajar dan berusaha.
Berkat kegigihan dan dorong luar biasa dari Amaknya Silvia berhasil menjadi perajut dengan karya-karya mengagumkan. Mulai dari tas, sepatu, jilbab dan aneka aksesoris lain
Harga rajutan buatan tangan Silvia dijual beragam seperti jilbab Rp250 ribu per hela, tas rajutan mulai dari Rp60 ribu hingga Rp500 ribu, peci rajut Rp45 ribu, dompet kecil Rp45 ribu, sepatu Rp250 ribu hingga Rp1 juta. Ada lagi baju rajut dijual Rp250 ribu hingga Rp400 ribu. Kerajinan tangan yang dia buat sudah sampai ke beberapa negara.
Hari-hari Silvia terus bersinar sejak dia bergabung dalam sejumlah komunitas disabilitas. Sejak saat itu dia merasa tidak lagi sendiri. Sebab begitu banyak orang dengan ketidaksempurnaan namun tetap optimis menjalani hidup.
Melihat karya dan kemampuannya dalam merajut, sejak beberap tahun belakang Silvia mulai diminta sebagai instruktur merajut. Harinya makin berwarna. Optimistis diri kembali muncul, sebab dia mampu berbagi ilmu dengan banyak orang di berbagai daerah. Jelang akhir Oktober 2019, dia diminta menjadi salah satu nara sumber di kampung halamannya Piobang Kota Payakumbuh. Suatu kebanggaan bagi Silvia berbagi ilmu di kampung sendiri.
Kini dan ke depannya, Silvia akan terus berbagi, memotivasi kaum disabilitas, terutama di tengah pandemi Covid-19.
“Keterbatasan bukan berarti membatasi diri untuk berkarya. Mari kita bangkit dan berkarya. Jangan terus larut dalam keterpuruk. Kita pasti bisa. Mari terus berkarya di tengah pandemi. Kita pasti bisa,” kata Silvia.
Atas berbagai dedikasi yang telah dia lakukan untuk sesama disabilitas dan masyarakat umum, Pemko Padang pada Agustus 2020 memberikan penghargaan untuk Silvia Piobang sebagai tokoh masyarakat yang berkomitmen dan berperan aktif di bidang sosial. Penghargaan diberikan pada hari jadi Kota Padang yang ke-351.
Dia, Silvia mengungkapkan akan terus memberi lewat kemampuan yang ia punya. Karena berbagi ilmu baginya sebuah kenikmatan batin yang tak bisa ternilai harganya.