Sementara sang adik Muhammad Ayyas Abdullah, saat kejadian berada di rumah sakit di Palu bersama ayah dan bundanya. Untungnya mereka sekeluarga selamat. Namun rumah mereka saat ini tidak bisa lagi ditinggali dan nyaris roboh. “Jarak rumah kami dengan Balaroa, lokasi yang terdampak likuifaksi, hanya sekitar 500 meter. Kami bersyukur, keluarga kami semuanya selamat,” jelas Nova lagi.
Menurut Nova, setelah mengantarkan kedua anaknya bersekolah di Lintau Buo, dia akan kembali ke Kota Palu, karena Kota Palu butuh warganya untuk bangkit lagi. “Kami optimistis, Kota Palu akan bangkit lagi, maka itulah saya bersama suami akan tetap bertahan di Palu, meskipun harus berada di tenda-tenda pengungsian” tandasnya.
Sementara itu, Pemkab Tanah Datar juga akan memulangkan perantau lainnya yang menjadi korban bencana gempa dan tsunami di Kota Palu, di antaranya atas nama keluarga Afrianto (34), asal Laduang Batue, Nagari Gurun, Sungai Tarab.
“Akan segera diberangkatkan pulang ke kampung halamannya di Sungai Tarab, bersama seorang isri dan tiga anaknya. Mereka tertahan beberapa hari ini di tenda pengungsian,” tulis Ketua DPRD Tanah Datar Anton Yondra, pada WAG Palanga Luhak Nan Tuo, kemarin.(mus)