Setelah kerja sama itu, kata Ekos, ternyata program itu tidak gampang dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, banyak orang tua yang khawatir mengirimkan anaknya ke luar negeri untuk bekerja, apalagi perawat banyak yang perempuan, terlebih kontrak kerjanya tiga tahun.
Ekos berupaya untuk menyakinkan orang tua mahasiswa. Ia menekankan bahwa anak yang bekerja ke luar negeri tidak sekadar bekerja, tetapi juga bisa menambah ilmu.
“Pada waktu itu saya sampaikan kepada orang tua mahasiswa bahwa kontrak kerjanya tiga tahun. Kalau saya sebagai orang tua, memang berat melepas anak perempuan. Tapi, ada pertimbangan lain: tiga tahun bekerja, sebulan anak kita bisa menabung Rp 15 juta,” katanya.
Kalau yang dikirim tenaga kerja lulusan D-3, Ekos mengatakan kepada orang tua mahasiswa untuk tidak berpikir bahwa anak pergi bekerja, tetapi pergi untuk menambah ilmu pengetahuan. Ekos memberikan gambaran kepada orang tua mahasiswa bahwa anaknya pergi bekerja untuk menambah ilmu sehingga pulang membawa uang dan ilmu.
“Dengan begitu, anak yang awalnya D-3 bisa menjadi S-1, S-2 dan masuk kembali ke Indonesia menjadi tenaga kerja yang memiliki skill bernilai tinggi,” tuturnya.
Ketika program tersebut berjalan, jabatan Ekos sebagai Wakil Wali Kota Padang berakhir. Ia bertekad untuk membuat program serupa untuk tingkat provinsi dan melanjutkan lobi kepada Pemerintah Jerman jika ia diberi amanah untuk memimpin Sumbar dengan Epyardi Asda. Menurutnya, program itu bisa menjadi solusi bagi sulitnya lulusan perguruan tinggi di Sumbar mencari pekerjaan.
“Kalau saya menjadi wakil gubernur, program itu yang akan saya laksanakan nomor satu,” ucapnya. (r)