PADANG – Ekspor ikan asal Sumatera Barat tidak terpengaruh kebijakan China untuk menghentikan sementara impor ikan dan seafood dari Indonesia akibat ditemukannya partike virus corona pada kemasan ikan beku.
“Ekspor ikan kita tidak ada yang langsung ke China daratan, tetapi melalui Hongkong. Jadi kebijakan itu tidak terlalu mempengaruhi ekspor ikan Sumbar,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Yosmeri di Padang, Selasa (22/9).
Namun ia tidak memungkiri ekspor ikan dan turunannya merosot cukup signifikan sejak pandemi COVID-19. Bahkan sempat terhenti pada Maret dan April 2020.
Ekspor kembali berjalan pada Juni-Juli 2020, namun jumlahnya tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya dikarenakan permintaan dari daerah tujuan ekspor yang turun.
“Oktober-November ini juga akan ada ekspor ke AS dan Jepang. Tapi memang masih terbatas,” katanya.
Ia mengatakan pandemi COVID-19 membuat konsumsi ikan di daerah tujuan berkurang karena restoran banyak yang tutup, hotel tutup. Akibatnya permintaan turun.
“Hal ini terjadi di seluruh dunia. Jadi kita harus memahami kondisinya,” ujarnya.
Ia belum mendapatkan angka pasti penurunan nilai ekspor ikan dari Sumbar itu, namun diperkirakan bisa mencapai 40 persen.
Saat ini ada tiga daerah tujuan ekspor ikan terbesar Sumbar yaitu Hongkong, Jepang dan AS selain Malaysia dan Singapura.
Produk ikan yang diekspor adalah tuna, kerapu, garing, lobster dan ikan hias.
Rata-rata nilai ekspor produk perikanan Sumbar setiap tahun mencapai Rp51 miliar. (ant/aci)