BANTEN-Perantau Minang turut menjadi korban musibah tsunami di Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) sekitar pukul 21.00 WIB. Berdasarkan informasi dari Pengurus Gebu Minang Lampun, Yon Yoesoef (Biro Kerohanian dan Agama Gebu Minang Lampung), tercatat empat perantau meninggal dunia akibat gelombang tsunami maha dasyat.
“Empat rumah perantau rusak parah dan 11 rumah rusak sedang/ringan.Lokasi yang terkena dampak cukup parah adalah Desa Way Muli Kalianda di Kabupaten Lampung Selatan. Sekitar 22 KK perantau kita berdomisili di daerah ini,” kata Yon Yoesoef, seperti yang disampaikan Kepala Biro Kerjasama Pembangunan dan Rantau Setdaprov Sumbar, Luhur Budianda SY, dalam pers rilsinya yang diterima Singgalang, Selasa (25/12).
Saat ini katanya, pengurus Gebu Minang Lampung dan Ikatan Keluarga Tanah Datar (IKTD) sedang berupaya mengantarkan bantuan ke lokasi bencana. Pengiriman bantuan terkendala kondisi jalanan macet karena banyaknya bantuan yang dibawa oleh para relawan.
Berdasarkan informasi dari ketua IKM Labuan Carita Pandeglang Banten, AKP. Herdi Thahar (Kapolsek Angsana di Wilayah Kabupaten Pandeglang), menyampaikan tidak ada korban jiwa ataupun harta perantau Minang yang berdomosili di Labuan Carita dan sekitarnya.
“Setidaknya lebih dari 100 KK perantau yang berdomisili di daerah ini,” sebut Herdi.
Sementara, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan hingga pukul 13.00 WIB, sebanyak 429 orang meninggal dalam musibah tsunami tersebut.
Selain itu, sebanyak 1.485 orang mengalami luka-luka dan 154 orang dinyatakan hilang. (*)