Oleh : Wira Astuty
Mahasiswa Pascasarjana Iain Batusangkar
Dalam dunia pendidikan, mutu mengacu kepada input, proses, luaran, dan dampak yang ditimbulkannya. Dari segi mutu input dapat dilihat dari beberapa sisi. Menurut Supadi (2017), mutu input dapat dilihat dari sisi (1) kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, misalnya kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan peserta didik. (2) memenuhi atau tidaknya kriteria memasukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. (3) memenuhi atau tidaknya kriteria masukan berupa perangkat lunak, misalnya peraturan, struktur organisasi. (4) mutu masukan yang bersifat harapan misalnya visi, misi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.
Kegiatan pembelajaran merupakan investasi yang luar biasa yang dimiliki setiap bangsa terutama bagi bangsa yang dalam proses berkembang yang sangat giat dalam membangun negaranya. Idrus (2019), menyatakan bahwa pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pembelajaran, guna mencapai esensi kemanusiaan yaitu sebagai khalifah di atas bumi.
Evaluasi merupakan bagian dari proses pembelajaran yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Melaksanakan evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan mempunyai arti yang sangat utama, karena evaluasi merupakan alat ukur atau proses untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan yang telah dicapai peserta didik atas bahan ajar atau materi-materi yang telah disampaikan, (Fauzia & Samputra, 2021). Dengan adanya evaluasi maka tujuan dari pembelajaran akan terlihat secara akurat dan meyakinkan.
Evaluasi program adalah suatu proses menemukan sejauh mana tujuan dan sasaran program atau proyek telah terealisasi, memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, membandingkan kinerja dengan standar atau patokan untuk mengetahui adanya kesenjangan, penilaian harga dan kualitas dan penyelidikan sistematis tentang nilai atau kualitas suatu objek. Evaluasi program menurut (Ananda & Rafida, 2017) adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan sudah dapat terealisasikan. Evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Banyak kegunaan-kegunaan yang dapat diambil dari sebuah kegiatan evaluasi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, di antaranya terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami pendidikan dan pengajaran. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kelas. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam dan sebagainya.
Dalam evaluasi program, banyak model-model yang dapat dipakai sebagai sebuah strategi atau pedoman dalam pelaksanaan evaluasi program, antara lain evaluasi model Kirkpatrick, yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dan dikenal dengan Evaluating Training Programs, yaitu sebuah model dengan melakukan evaluasi terhadap program training. Evaluasi Kirkpatrick dilakukan dengan cara mengevaluasi terhadap hal-hal berikut: Evaluasi reaksi (reaction evaluation), evaluasi belajar (learning evaluation), evaluasi perilaku (behavior evaluation), evaluasi hasil (result evaluation).
Evaluasi model CIPP. Konsep evaluasi ini ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan untuk membuktikan tetapi untuk memperbaiki. Evaluasi model CIPP ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program. CIPP sebenarnya merupakan singkatan dari huruf awal empat buah kata context evaluation, input evaluation, process evaluation dan product evaluation. Evaluasi CIPP dilakukan dengan cara: evaluasi konteks (context evaluation), evaluasi masukan (input evaluation), evaluasi proses (process evaluation), evaluasi produk/hasil (product evaluation).
Evaluasi model Wheel (Roda) dari Beebe. Evaluasi model ini digunakan untuk mengetahui apakah pelatihan yang dilakukan oleh suatu instansi telah berhasil. Proses evaluasi dimulai dari upaya menganalisis kebutuhan organisasi ataupun kebutuhan peserta didik, yaitu apa yang hendak dicapainya dengan menjalankan suatu pelatihan. Kemudian tujuan pelatihan dirancang sehingga sesuai dengan kehendak organisasi dan para peserta.
Evaluasi model Provus (Discrepancy Model). Discrepancy berarti kesenjangan. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Malcolm Provus. Evaluasi ini berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang diharap seharusnya terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya.