Setelah berlangsungnya festival Muaro Padang, Hendri Septa siap menerima kritikan dan masukan dari warga tentang berlangsungnya kegiatan festival Muaro Padang.
“Festival Muaro Padang akan terus berlanjut, kita siap menerima masukan dan kritikan dari siapa saja. Kita akan jadikan bahan evaluasi dan perbaikan demi berlangsungnya Festival Muaro Padang,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Hendri Septa menjelaskan juga, kegiatan Festival Muaro Padang jug melakukan bedah buku,
“Bandar Padang Abad XVII-XVIII : Sejarah Masyarakat dan Tradisi”, yang diharapkan menjadi pegangan pelajar melihat sejarah lahirnya Kota Padang.
“Banyak bangunan peninggalan Belanda di sini. Oleh karena itu, dengan hadirnya buku Sejarah Bandar Padang, di harapkan, generasi muda mengenal sejarah Kota Padang dan perjalanan panjang Kota Padang. Selain itu, generasi muda dapat mengenal keberagaman yang ada di Kota Padang,” ungkapnya.
Festival Muaro Padang juga memperlihatkan keberagaman etnis dan suku bangsa yang mendiami Kota Padang.
“Jelas Kota Padang ini di bangun oleh berbagai macam etnis, dan suku bangsa. Oleh karena itu, dalam festival Muaro ini kita menghadirkan kebudayaan dari etnis Tionghoa, India, hasil kebudayaan Minangkabau, Nias, Jawa, serta suku bangsa lain,” tambahnya.
Hadirnya, lomba selaju sampan yang berlangsung meriah di kawasan Batang Harau, Muaro Padang berhasil memikat ribuan pasang mata yang melihatnya di Muaro, Padang. Sebanyak 32 tim dayung ikut dalam perlombaan yang berlangsung di kawasan Batang Arau tersebut.
Selaju sampan sendiri merupakan warisan olahraga tradisional dari masyarakat Kota Padang yang dahulu kala dikenal lewat lagu “Dayuang Palinggam”. Dalam kegiatan Festival Muaro Padang, olahraga ini tetap lestari hingga kini.
Penutupan Festival Muaro Padang semakin meriah dengan hadirnya penyanyi Minang Fauzana yang viral di media sosial. (*)