SELAMA 14 tahun bertarung hidup di luar negeri, seperti Jerman, Perancis dan Belanda, tak membuat Freesca Syafitri melupakan kampung halamannya Sumatera Barat. Ya, Freesca begitu sapaan akrabnya terlahir sebagai perempuan Minangkabau, asli Tarusan, Pesisir Selatan. Ia ingin Sumbar maju dan berkembang maju dalam era globalisasi dengan tetap menjaga nilai budaya kearifan Minangkabau.
“Perempuan minang itu tangguh, disiplin dan tegas,” tuturnya.
Dengan sikap yang dimiliki tersebut, perempuan Minang bisa beradaptasi secara cepat dimanapun mereka berada. Mau tinggal dan menetap di kota manapun di Indonesia ataupun di luar negeri sekalipun. Apalagi nilai-nilai norma dan budaya yang ditamankan sedari kecil oleh keluarga besarnya.
“Saya dilahirkan di Kota Padang. Selepas SMP saya melanjutkan SMA ke Jogyakarta. Dan kembali lagi, ke Padang untuk berkuliah di Universitas Bung Hatta,” ceritanya kepada Singgalang.
Kala itu, Freesca tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Bung Hatta. Darah seni yang mengalir dari keluarga besar membuat Freesca selalu aktif disela-sela kesibukkannya sebagai mahahasiswa. Ia tergabung dalam dunia modelling di bawah asuhan Uni Djan yang merupakan kakak ibunya.
Selain ia juga aktif dalam dunia theater dan organisasi lainnya. Baginya dan keluarga besar pendidikan nomor satu. Aktif dalam kegiatan di luar perkuliahan adalah suatu keharusan yang dilakukannya sebagai muda. Energik dan bersemangat.
“Kebetulan, saya ikut pertukaran mahasiswa ke luar negeri. Belanda, benua Eropa adalah tujuan saya,” tuturnya. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Berintegrasi dan bertemu banyak orang dari berbagai suku bangsa. Dengan segala perbedaan adat dan budaya. Namun yang pasti sebagai perempuan Minang yang hidup dan jauh dari keluarga besarnya, ia selalu memegang teguh ajaran yang telah ditanamkan sedari kecil.
“Saya adalah perempuan Minang. Di hati selalu menjunjung tinggi adat ketimuran. Walaupun saya jauh dari Ranah Minang, tapi hati saya selalu memikirkan tentang kemajuan akan tanah kelahiran ini,” ucapnya.
Selepas menyelesaikan pendidikan di UBH dan ikut dalam pertukaran mahasiswa. Kemudian ia ditawarkan melanjutkan kerja di Belanda sebagai perwakilan Indonesia di perusahaan Belanda tersebut. Baginya pendidikan, suatu keharusan bagi setiap insan manusia. Pendidikan adalah harta paling berharga dibandingkan uang. Secara tiba-tiba sang professor Jerman yang ia kenal di Belanda menyarankannya untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
‘Bak gayung bersambut’. Keinginan mulia profesor itu sejalan dengannya dan keluarga besarnya.
“Saya beruntung, keluarga besar saya mendukung keinginan melanjutkan kuliah keluar negeri,” ucap keponakan Sastri Bakry dan Bundo Free ini. Sang tante adalah perempuan hebat minang yang dikenal dengan keahliannya. Sastri Bakry, seorang penulis, penyair Indonesia, dan birokrat sejati. Sementara Free Hearty, yang dikenal dengan bundo Free adalah seorang akademisi,aktifis perempuan, novelis dan sastrawan Minang.
Belum lagi, uni Djan yang bundo kandungnya Minangkabau yang sangat dikenal pada jamannya dengan sekolah modelling Uni Djan dan pengembangan kepribadian kota Padang.
Melihat perjalanan sukses sang tante dan orangtuanya, Freesca termotivasi mengikuti jejaknya. Tentunya dengan bidang dan keahlian yang dimiliki.
Dengan segudang pengalaman secara profesional di dunia International maupun di Indonesia , Freesca akhirnya terpanggil untuk mengabdikan ilmu dan berbakti untuk Ranah Minang, tanah kelahirannya. Orang Minang terkenal dengan kebiasaan merantau, dan menjadi orang penting tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Freesca yang juga aktif dalam organisasi Diaspora diluar negeri maupun Minang Diaspora berpendapat saatnya sekarang para perantau berkontribusi kembali ke Ranah Minang, terutama dalam kesiapan menghadapi gelombang globalisasi dunia.
Setelah menamatkan pendidikan master of economy di Univesity of Applied Science Hildesheim, Freesca melanjutkan study ke University of Applied Science Goettingen, Germany salah satu universitas terbaik di Jerman yang banyak menghasil para pemenang nobel preis di berbagai bidang ilmu. Selama menimba ilmu di Jerman Freesca pun bekerja sebagai researcher/peneliti dibeberapa perusahan multinasional German seperti Blaupunkt, Bosch dan perusahaan automotive TRW.
Kembali ke Indonesia merupakan keputusan besar yang diambil mengingat begitu banyak kesempatan yang ditawarkan dengan segala keahlian dan pengalaman yang di miliki Freesca. Sebagai perempuan Minang yang memiliki berbagai skill/keilmuan dan fasih berbicara bahasa Inggris, German (Deutch) , Belanda (Dutch) dan sedikit Perancis , Freesca selalu membawa akar budaya Minang dan Indonesia ke dunia International. Dengan kelebihan tersebut, Freesca mempunyai berbagai pengalaman bekerja di project Uni Eropa untuk Indonesia sebagai project koordinator, Advisor/Penasehat Ekonomi untuk organisasi presitiuos di Paris, OECD ( Organisasation for Economic Development and Cooperation).
Organisasi yang didirikan John F. Kennedy ini merupakan kumpulan para akademisi, think tank, ahli hukum, ahli politik dan birokrat dari negara negara maju yang beranggotakan 36 negara. Mulai dari Jerman, Kanada, UK, Australia, Amerika dan Turki. Sebelum aktif bekerja di OECD, Freesca juga pernah aktif bekerja di DAAD dan EKONID (Kamar Dagang Indonesia German).
Selain pengalaman professional sebagai ekonom, Freesca juga dipercaya saat ini sebagai Wakil Ketua Dewan Bisnis Indonesia-Maroko, Chairman of Women Leadership International Network ( WLIN) untuk wilayah Sumatera. WLIN ini berpusat di Vietnam. Anggota Dewan Penasehat untuk Organisasi Mahasiswa Asing di Jerman ‘STUBE’ dan aktif di berbagai organisasi lainnya seperti Ikatan Alumni Jerman.
Terakhir, ia dipercayai sebagai tenaga ahli di DPR RI sejak 2014. Banyak sekali tugas mulia sang wakil rakyat itu diparlemen. Disana mereka berkumpul memperjuangkan aspirasi masyarakat yang ada di daerah pemilihannya. Disana ia mendapatkan pengalaman yang berharga. Tugas mulia sang wakil rakyat itu. Apalagi keterwakilan perempuan di parlemen cukup sedikit dibandingkan pria. Ia pun terenyuh. Masih banyak hak-hak perempuan yang belum tersampaikan dan terselesaikan.
Ia ingin perempuan itu maju dan berkembang persamaan haknya dengan lelaki. Tanpa mengabaikan tugasnya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya kelak.
Sudah saatnya turun membela hak perempuan. Ia bersama sang tante Bundo Free merintis sebuah yayasan pemberdayaan perempuan, Women For Harmony Institute. Menurutnya perempuan itu adalah makhluk istimewa dan hebat. Dengan keistimewaannya harus dilindungi hak-haknya. Itu dilakukannya jika ia mampu membuat kebijakan demi kebijakan yang menguntungkan kaum perempuan di parlemen kelak. Demi keinginan mulia tersebut, ia mencalonkan diri sebagai wakil rakyat untuk DPR RI dalam pesta demokrasi pada 29 April mendatang. Untuk daerah pemilihan Sumbar 1 dari Partai Demokrat. (lenggo)