Daniwar mengungkapkan, tiga tahun silam ia dan almarhum suami mendapat bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan itu berupa material dan ia gunakan untuk membangun pondok kecil semi permanen di kaki gunung sago tempat sehari-hari ia berladang.
Namun, kini setengan bangunan rumah PKH itu tertimbun lumpur. Jangankan untuk masuk, untuk melihat lebih dekat saja tak tak bisa. Pasalnya lumpur iitu hampir sepinggang orang dewasa.
Saat ditanya apa yang telah ia alami, Daniwar dengan mata berkaca-kaca menceritakan bahwa saat itu tengah hari, tak ada hujan dirumahnya, namun di Gunung Sago hujan deras tampak mengguyur.
Tak lama, saat tengah menyapu halaman rumah ia dan menantunya bernama Ria merasa heran melihat air sungai Batang Sungai Jonia Pincuran Tujuah bercampur dengan warna coklat. Seketika ia mendengan dentuman keras dari arah gunung diikuti berbenturanya pohon-pohon. Dengan jelas ia melihat lerang itu mengalami lonsor.