PADANG – Bhusdeq atau yang dikenal Budi Drive adalah gitaris dan pendiri band Drive . Setelah sekian lama bermusik, akhirnya Bhusdeq merilis project solo album pertamanya yang diberi title “Solivagant”. Sebuah project musik instrumental yang menampilkan permainan-permainan gitar Bhusdeq yang apik dan penuh energi.
10 lagu dihadirkan Bhusdeq di album “Solivagant” ini yaitu Berangkat!, 2424, Plot 453, Jacaranda, Doa Pagi, Death Is A Going Home, Gritty Little Thing Called Lust, Broken Master, The Dry dan Adrift.
Kata Solivagant menurut google search adalah mengembara atau berpetualang sendirian.
“Karena memang baru pada project album inilah saya benar-benar mengerjakan sendiri tanpa keterlibatan teman-teman Drive maupun tim kerjanya, walau tetap dibantu oleh Budi Hendrix, social-media manager Drive”, ujar Bhusdeq.
Sejak awal Bhusdeq memang menetapkan project solo-nya ini haruslah tanpa vokalis, dengan komposisi tanpa lirik sebagai racikan utamanya. Sebagai langkah awal, Bhusdeq tidak mau mengajak featuring dulu, sehingga publik bisa lebih fokus terhadap apa yang memang menjadi karya orisinal Bhusdeq.
Komposisi di lagu “Berangkat” dan “2424” sengaja ditempatkan di awal album, karena penciptaannya sudah terjadi di era awal Drive sekitar tahun 2008/2009.
“Sebagai bagian dari konser Drive. Saya pernah membahas ini di akun Instagram saya @bhusdeq. Sedangkan komposisi lainnya mulai muncul di era pandemi sekitar 2020-2024”, ungkap Bhusdeq.
Meski tanpa lirik, ada beberapa teriakan atau shout berlirik di lagu “Jacaranda” sebagai pelengkap. Secara keseluruhan, lagu-lagu di album ini sama seperti lagu-lagu Drive, Driven By Animals, ataupun Dilematika, komposisi musik yang dihadirkan Bhusdeq hampir selalu muncul akibat membaca buku/novel atau juga dari film. Walau tanpa lirik, Solivagant sejatinya merupakan sebuah cerita fiksi ilmiah yang berkesinambungan.
“Saya bahkan menciptakan tokoh sendiri, yaitu Altan dan Qubit. Altan adalah seorang saintis, dan Qubit adalah seekor kucing android. Latar belakangnya dimulai tahun 2424, ketika kedua tokoh ini memulai petualangan ke sebuah eksoplanet Proxima Caentauri b, yang berjarak sekitar 4 tahun cahaya dari Bumi. Persiapan keberangkatan mereka ada pada komposisi ‘Berangkat’ dan pendaratan ada pada komposisi ‘2424’, jelas tergambar pada MV komposisi ini di YouTube. Komposisi-komposisi lainnya merupakan masing-masing kisah yang masih dalam proses penulisan, maunya jadi novel tapi entahlah semoga terwujud”, jelas Bhusdeq.
“Secara musik saya tidak bisa mengkategorikan genrenya, karena terlalu variatif. Cukup instrumental saja. Misalnya pada ‘Death Is A Going Home’ yang sangat klasikal lengkap dengan teknik tremolo ala Francisco Tarrega. Atau ‘Jacaranda’ yang berbau latin ala Santana. Atau ‘Doa Pagi’ yang full akustik, terinspirasi dari momen saat almarhum Baron Suprayogi terbaring sakit. Atau juga ‘2424’ yang harmonis dengan piano. Juga ‘Gritty Little Thing Called Lust’ yang nge-blues dengan permainan guitar-slide”, lanjut Bhusdeq.
Menurut Bhusdeq, ini semua muncul begitu saja akibat pekerjaannya sehari-hari sebagai Music Producer, dan masa lalu pendidikan musik klasik yang dimiliki Bhusdeq tentunya. Jarang sekali yang tahu bahwa jauh sebelum Drive, Bhusdeq belajar & mengajar musik klasik (piano dan gitar), sebelum akhirnya “terjerumus” dalam dunia session player serta orkestra (dimulai 2004 dengan Erwin Gutawa Orchestra).
“Dan jika beberapa komposisi seperti ‘Plot 453’, ‘Broken Monster’, ‘The Dry’, dan ‘Adrift’ terasa seperti sebuah music scoring, itu adalah karena saya juga membuat scoring untuk film dan sinetron. Selain dikerjakan sendiri secara musik, kecuali bass pada ‘Plot 453’ oleh Adhitya Pratama, dengan malu-malu saya nyatakan 7 diantaranya mixing dan mastering sendiri pula. ‘Death Is A Going Home’ di mixing oleh Eko Sulistiyo, ‘Berangkat’ dan ‘2424 oleh Oki SMR. Semoga hasilnya tidak terdengar mengecewakan”, ucap Bhusdeq.