PADANG-Guru-guru madrasah di bawah Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Barat (Sumbar), berharap mereka juga diizinkan bekerja di rumah, dengan tidak ada lagi kewajiban absen dengan sidik jari di tempat kerja masing-masing. Saat ini kebijakan dari Kemenag Sumbar membuat mereka harus ke kantor juga, sehingga mereka merasa was-was ke luar rumah.
“Ini mengada-ada namanya. Anak-anak MAN libur tugas dari rumah, untuk antisipasi virus Corona. Tapi guru wajib datang ke sekolah mengambil absen sidik jari, memang guru bukan manusia,” kata Pemimpin Redaksi Harian Singgalang, Khairul Jasmi, kepada topsatu.com Minggu (22/3).
Khairul Jasmi sendiri melarang istrinya mengambil absen sidik jari ke salah satu MAN tempatnya bekerja karena berisiko. Ia berharap Kemenag Sumbar kalau mengambil kebijakan tidak setengah-setengah.
“Saya sudah coba hubungi Kakanwil Kemenag Sumbar, tapi belum ada respon. Ini suara para guru madrasah yang gelisah dengan kebijakan semacam ini. Mereka juga punya keluarga yang harus dijaga di rumah,” ungkapnya.
Menurutnya, kalau siswa dirumahkan, maka semua masyarakat, siswa sekolah manapun juga harus di rumah. Sebab lembaga sekolah isinya bukan hanya peserta didik saja.
Sementara Dodi, salah seorang karyawan di sebuah lembaga pendidikan Islam, juga mengeluhkan hal yang sama. Sebagai karyawan ia masih diwajibkan masuk, sedangkan di rumah ada anak-anak yang tidak sekolah dan itu harus dijaga.
“Kalau di jam sekolah rumah saya kosong. Istri juga bekerja dan saya menyekolahkan anak di tempat saya bekerja. Kita pulangnya sama-sama, sehingga bisa selalu bersama,” ujarnya.
Ia berharap kebijakan kerja di rumah juga berlaku untuk semua unsur yang ada di sekolah. Mereka juga manusia dan juga takut terinsfeksi Virus Corona. (106)