Mengenal Posyandu.
Sebenarnya, agar warga Indonesia terbebas dari penyakit menular, Pemerintah telah mencanangkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pada tahun 1986 silam. Posyandu merupakan pelayanan yang bersifat terpadu dengan tujuan memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat. Karena di Posyandu dapat diperoleh pelayanan kesehatan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan yang berlangsung di Posyandu bahkan memang terbilang paripurna, ibu dan anak mendapatkan informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, penanggulangan diare, dan lainnya.
Posyandu yang digagas sejak 1986 silam bertujuan penting untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu, seperti ibu hamil, melahirkan, serta nifas. Selain itu Posyandu juga membangun budaya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Termasuk meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB, serta kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya masyarakat sehat sejahtera. Posyandu juga berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
Di Posyandu, ibu dan anak juga mendapatkan banyak informasi seputar kesehatan ibu dan anak. Dari sinilah “canang” (tempat penyampai pesan) terbaik bagi ibu. Di Posyandu akan diperoleh bagaimana agar anak mendapatkan asupan gizi terbaik supaya tidak mengalami stunting (gagal tumbuh). Di Posyandu diukur berat badan, lingkar kepala, dan tinggi badan. Di Posyandu juga ditekankan bahwa anak rutin dibawa ke Posyandu hingga usia lima tahun.
Terpenting bagi anak, di Posyandu mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar lengkap itu yakni pada saat bayi berusia sebulan, diberikan imunisasi BCG polio 1, hal ini bertujuan untuk menghindari bayi tertular tuberculosis dan polio. Memasuki bulan kedua, bayi mendapatkan suntikan imunisasi DPT-HB-Hib 1 Polio 2. Suntikan ini untuk mencegah polio, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, meningitis dan pneumonia. Di bulan ketiga, bayi mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib 2 Polio 3. Kemudian di bulan keempat mendapatkan suntikan DPT-HB-Hib 3 Polio 4. Sedangkan di bulan kesembilan, bayi mendapatkan suntikan imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak.
Imunisasi dasar ini teramat penting bagi anak. Sebab, pada masa awal kehidupan bayi akan sangat rentan terkena penyakit berbahaya, seperti penyakit saluran pernafasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan penyakit lainnya. Apabila anak terkena penyakit tersebut, akan memiliki risiko kematian yang tinggi atau paling tidak mengalami derita disik dan mental berkepanjangan maupun cacat.
Melalui imunisasi, perlindungan terhadap anak akan menjadi cukup tinggi. Imunisasi mampu mencegah penyakit tersebut. Sebab imunisasi dapat merangsang kekebalan tubuh bayi agar terhindar dari penyakit berbahaya tersebut.
Tak heran jika anak Dewi dan Ayu mengalami sakit pada saat bayi. Sebab pada saat anak butuh imunisasi, Ayu dan Dewi tidak memberikannya. Apalagi Ayu dan Dewi kerap mendapatkan informasi tidak benar (hoaks) tentang imunisasi. Tidak saja mengalami sakit, anak Dewi dan Ayu juga dapat menularkan penyakit yang sama kepada anggota keluarga yang lain. Begitu juga sebaliknya, anak mereka juga dapat tertular penyakit yang dibawa oleh orang dewasa yang berkontak dengannya.
Apabila telah mengidap sejumlah penyakit, anak yang tidak mendapatkan imunisasi sejak lahir akan mengalami penurunan kualitas hidup. Misalnya, bayi yang mengalami campak akan menyebabkan kebutaan. Begitu pula polio yang dapat menimbulkan disabiltas atau kematian. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap juga mengalami penurunan harapan hidup serta batasan terhadap dirinya saat dewasa nanti. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap tidak akan mudah melakukan perjalanan ke negara lain, termasuk akses untuk bersekolah.
BIAN dan Imunisasi Ganda
Sebenarnya, mengatasi keterlambatan anak mendapatkan imunisasi dapat dikejar melalui vaksin kombinasi atau suntikan ganda. Vaksin kombinasi ini berguna untuk mempercepat jadwal imunisasi yang sudah tertinggal. WHO dan UNICEF bahkan mengungkapkan bahwa terjadi penurunan berkelanjutan terbesar dalam vaksinasi anak-anak pada rentang waktu 30 tahun belakangan ini. Tercatat bahwa pada saat pandemi Covid-19, tepatnya pada tahun 2021, sebanyak 25 juta anak melewatkan satu atau lebih dosis vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DPT3) pada layanan imunisasi rutin. Padahal di tahun 2020, angka ketertinggalan vaksinasi ini hanya 23 juta anak, dan 19 juta anak di tahun 2019.