PADANG – Tingkat inflasi di Sumatera Barat (Sumbar) masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, inflasi pada Juni 2024 mencapai 4,04 persen (year on year) atau berada di posisi keempat tertinggi tingkat nasional.
Menanggapi kondisi ini, Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, meminta seluruh pihak terkait untuk meningkatkan upaya pengendalian inflasi.
Hal ini disampaikannya saat memimpin rapat High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (HLM TPID) Sumbar Triwulan III-2024 di Padang, Rabu (31/7/2024).
“Inflasi yang tinggi tentu berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Oleh karena itu, kita harus mengambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengendalikannya,” tegas Mahyeldi.
Faktor Penyebab Inflasi
Beberapa faktor yang menyebabkan inflasi di Sumbar, menurut Mahyeldi, antara lain:
Kenaikan harga komoditas global: Fluktuasi harga komoditas di pasar global, seperti minyak goreng dan bahan bakar minyak, turut mempengaruhi harga barang dan jasa di tingkat konsumen.
Gangguan pasokan: Bencana alam seperti erupsi Gunung Marapi dan cuaca ekstrem dapat mengganggu pasokan pangan dan komoditas lainnya, sehingga mendorong kenaikan harga.
Peningkatan permintaan: Meningkatnya daya beli masyarakat akibat pertumbuhan ekonomi juga dapat memicu kenaikan permintaan, terutama pada komoditas tertentu.
Strategi Pengendalian Inflasi
Untuk mengatasi permasalahan inflasi, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah merumuskan sejumlah strategi, antara lain:
Intensifikasi produksi pangan: