Imoe, termasuk salah satu diantara pasien yang dinyatakan secara umum tidak ada tanda-tanda yang mengkuatirkan. Dia ditawarkan untuk memilih apakah akan isolasi di fasilitas yang disediakan pemerintah atau isolasi mandiri di rumah. Dia memilih untuk isolasi di fasilitas karena pertimbangan memiliki anak-anak yang masih balita.
Malam pertama di ruang isolasi terasa asing baginya, walaupun fasilitas yang tersedia cukup baik. Setiap pasien ditempatkan dalam satu ruangan. Di dalam ruangan tersebut disediakan segala fasilitas dan petugas yang siap 24 jam.
“Kami dibuatkan group WA untuk saling berkomunikasi, kami dijelaskan aturan main dan aktivitas selama isolasi. Dalam satu malam saja saya sudah mendapatkan informasi lengkap dan gambaran apa saja akan terjadi beberapa hari ke depan. Pagi hari kami diinstruksikan olahraga ringan sambil menikmati siraman ultraviolet dari jam 09.00-10.00 WIB. Satu jam memang, tapi nikmat sekali rasanya. Saya terpikir ‘hey…selama ini kemana saja kamu kok baru tahu nikmatnya ultraviolet pagi hari?” katanya dalam tulisan yang dibuat secara bersambung tersebut.
Semua aktivitas dilakukan oleh petugas pemandu. Pasien disediakan multivitamin dan beberapa jenis obat-obatan sesuai hasil diagnosa dokter. Imoe mencoba mengkonsultasikan ke salah seorang teman, ternyata obat-obatnya hanya sejenis anti virus dan multivitamin saja. Makanan pasien disiapkan oleh petugas dengan menu seimbang. Selepas senam dan berjemur, semua pasien diinstruksikan masuk ke kamar karena petugas akan melakukan desinfektan lorong-lorong yang mereka lewati.