Pesan untuk si sehat
Belum banyak yang bisa disampaikan Imoe dalam tulisan bagian pertama ini karena belum genap 24 jam dia berada di ruang isolasi. Tapi, paling tidak ada beberapa hal yang ingin disampaikannya untuk masyarakat di luar, namun tidak percaya akan adanya virus Covid-19. Pertama, jika masyarakat mengalami gejala sedikitpun dalam masa pandemi ini segeralah untuk melakukan isolasi mandiri sampai hasil tes usap keluar. Jika memiliki keluarga, utamakan keselamatan anggota keluarga lainnya. Dengan isolasi mandiri setidaknya seseorang telah melindungi orang lain. Kedua, jangan ragu untuk menghubungi teman dan menyampaikan bahwa anda positif Covid-19, agar yang merasa kontak erat dengan pasien positif bisa segera tahu dan melakukan tindakan-tindakan yang semestinya harus dilakukan. Dengan memberitahu teman terdekat seseorang juga bisa mendapatkan bantuan yang diperlukan.
“Alhamdulilah saya termasuk orang yang beruntung dikelilingi sahabat-sahabat yang baik. Hampir semuanya menawarkan bantuan, mulai dari memberikan informasi, menyemangati, mengajak bercanda dan bahkan ada yang mengantarkan makanan ke rumah untuk anak-anak dan anggota keluarga saya yang lain. Menuliskan tulisan ini pun atas ide seorang teman yang langsung saya lakukan. Covid-19 mengajarkan kita arti sebuah persaudaraan,” sebutnya.
Pesan ketiga, Imoe menyarankan masyarakat untuk mengelola stress dengan baik, karena stress membuat seseorang semakin terpuruk saat masa sulit. ketika terpapar, seseorang tidak perlu mencari tahu kenapa dia terinfeksi. Terima saja sebagai sebuah konsekuensi yang barangkali anda kurang disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Beruntung Imoe diajarkan salah seorang kawan bagaimana senam pernafasan untuk mengelola stress dan ternyata cukup berhasil membuat dia lebih rileks.
Keempat, Covid-19 itu nyata jadi patuhilah protokol kesehatan. Imoe yang merasa sudah mengikuti instruksi kesehatan tetap saja kecolongan, dimana dan entah dari siapa.
Kemudian katanya, tahanlah diri anda untuk berkumpul. Toh masih ada sosial media yang bisa digunakan untuk sekedar merawat komunikasi. Bersabarlah karena pasti semua ahli sedang berusaha menemukan penawarnya, tugas masyarakat hanya mengikuti apa yang sudah digariskan. Tak usahlah ngeyel, banyak berkomentar yang tidak konstruktif apalagi menyebar berita hoax.
Jika demikian kita semua akan menerima akibatnya. Mungkin anda yang yang menyebar hoax masih dilindungi Tuhan, tapi bagaimana dengan yang lain, yang kebetulan imun nya rendah dan dia adalah orang baik-baik bahkan mungkin anak-anak yang rentan dan tidak bersalah. Mereka menerima akibat hoax orang tak bertanggung jawab.
“Saya saat ini saya sedang dalam ruang isolasi. Walaupun relatif tenang, sesekali pikiran saya ingat kepada anak-anak dan istri yang ada di rumah. Mereka juga sedang menunggu vonis dan saya berdoa semoga mereka dinyatakan negatif. Tidak mudah menjalani ini, tapi ini harus tetap dihadapi,” ujarnya.
Sayup-sayup Imoe mendengar petugas kesehatan mengetuk pintu kamar salah seorang kawan di ruangan sebelah dia diisolasi. Petugas menyampaikan kabar gembira. Hasil pasien yang sama-sama dirawat dengan Imoe swabnya negatif.
Mereka yang sudah negatif, diperbolehkan pulang dan mengurus surat kepulangan di bagian depan.
Indah sekali kalimat itu, terdengar oleh pasien positif lain. Itu kalimat yang pasti ditunggu-tunggu semua penghuni ruang isolasi. Reflek imoe dari dalam kamar berteriak dan bertepuk tangan memberi selamat.
“Selamat bapak dan ibu…tetap semangat…,” kata Imoe. Masing-masing pasien saling melambai dari balik kaca jendela. Memberi selamat karena bisa berkumpul kembali dengan keluarga tercinta. (Bersambung)