Oleh Eriandi/Wartawan topsatu.com
TELUK Bayur, pantai dan pelabuhan tua penuh sejarah dan romantisme itu! Ada catatan sejarah kelam dalam pembangunannya. Namun sebaliknya, ada kejayaan masa lalu yang membanggakan terukir di sana. Namun, tak saatnya lagi romantisme itu hanya dikenang dan untuk disebut-sebut saja. Ada masa depan yang bisa dirajut dari sang ‘Emmahaven’.
Pelabuhan terbesar di sisi barat Sumatera itu memang tetap memendam harapan sekaligus pesona. Pesona yang tak terbantahkan dilihat dari sisi manapun. Apalagi Teluk Bayur terkoneksi dalam kawasan wisata Marina yang dicanangkan Pemko Padang serta didukung keberadaan bangunan Silo yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.
Tatkala siang, laut di Teluk Bayur terlihat biru indah dengan kapal-kapal yang seperti bertaburan di atasnya. Di sorenya, pemandangan sunset merah keemasan menakjubkan setiap mata yang memandang.
Namun, lebih dari sekadar pesona dan potensi wisata alam dan wisata sejarahnya, Teluk Bayur memiliki potensi sebagai sentra ekonomi di pantai barat Sumatera bagian tengah sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Sumatera Barat. Pelabuhan tertua nomor dua setelah Sunda Kelapa yang telah berdiri semenjak 1888 itu juga berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sehingga bisa diakses langsung oleh Negara-negara di Samuderah Hindia, Eropa Timur Tengah dan Australia.
Pelabuhan Teluk Bayur menjadi satu dari 24 pelabuhan strategis pendukung tol laut yang diusung pemerintah sejak lima tahun lalu. Pelabuhan Teluk Bayur juga bisa diandalkan untuk mengangkut barang-barang komoditi ekspor dari daerah-daerah di Sumatera Barat dan provinsi sekitarnya.
Selain bahan tambang berupa batu bara dan semen hasil produksi perusahaan semen tertua di Indonesia PT Semen Padang, Sumbar juga memiliki potensi produk ekspor yang tak bisa dipandang sebelah mata di mana sebagian besarnya dikirim melalui laut. Lima komoditas andalan yang diekspor melalui pelabuhan Teluk Bayur adalah CPO (minyak sawit), cangkang sawit, batu bara, bungkil pakan ternak dan semen.
Di samping lima komoditi tersebut, banyak potensi produk ekspor lainnya yang dimiliki Sumbar. Kabupaten Limapuluh Kota, misalnya, menjadi daerah penghasil gambir terbesar di Indonesia. Gambir dari Limapuluh Kota bahkan memberi kontribusi 50 persen lebih dari produksi gambir nasional.
Begitu juga Kabupaten Pasaman Barat sebagai daerah terbesar penghasil sawit di Sumbar. Komoditas minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi primadona ekspor Sumbar. Selain CPO dan gambir, komoditi ekspor lainnya seperti kakao, pinang, cassiavera, karet, pala, merica, vanile, kopi, coklat, olahan kelapa hingga manggis. Untuk manggis, Sumatera Barat bahkan merupakan sentra terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Daerah penghasil manggis di antaranya Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar, Solok Selatan, Pesisir Selatan, Sijunjung, Padang Pariaman, Agam, dan Kota Padang.
Adapun nilai ekspor Sumbar dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar dalam empat bulan terakhir terus menunjukkan peningkatan. Pada September 2019, ekspor Sumbar mencapai 138,12 juta dolar AS atau naik 26,68 persen dibandingkan Agustus 2019 yang hanya 109,03 juta dolar AS. Ekspor pada Agustus 2019 itu naik 3,57 persen dibandingkan Juli 2019 sebesar 105,27 juta dolar AS. Ekspor Juli 2019, naik 1,06 persen dibandingkan Juni 2019 yang mencapai 104,17 juta dolar AS. Sedangkan pada Juni 2019 sebesar 104,17 juta dolar AS, naik 3,72 persen dibandingkan Mei 2019 yang hanya 100,43 juta dolar AS.
Pada Agustus 2019 lalu, sebanyak 22,8 ribu ton produk sawit dan turunannya asal Sumatera Barat diekspor ke Cina dan Jepang melalui Teluk Bayur. Selain produk turunan sawit, pada kesempatan yang sama juga diekspor produk pertanian lain seperti lempeng karet, biji kopi, kayu manis dan produk turunan kelapa (santan, kelapa parut dan air kelapa) dengan total nilai mencapai Rp 212,8 miliar. Negara tujuan ekspor antara lain Belanda, Spanyol, Norwegia, Cina, Banglades dan Jerman.
Ekspor besar-besaran komoditi di Sumbar menuju pasar dunia merupakan salah satu langkah yang dilakukan IPC/Pelindo II (Persero) Cabang Teluk Bayur untuk mewujudkan misinya menjadi pelabuhan terkemuka, terbesar dan termodern di Indonesia. Pelindo II Teluk Bayur dalam pimpinan sebelumnya bahkan telah menandatangani komitmen bersama dengan para pemilik barang di Sumbar menuju 5 juta ekspor CPO per tahun. Selain itu, disiapkan komitmen bersama lanjutan ‘Sumatera Barat Menuju Pasar Dunia’ untuk komoditas lain, yakni batu bara 2,5 juta ton per tahun, semen 5 juta ton per tahun, bucangka (bungkil, cangkang, karet) 1 juta ton per tahun, dan cengkumako (cengkih, kulit manis, kopi) 200.000 ton per tahun.