Untuk mewujudkan hal tersebut, Pelindo II Teluk Bayur berusaha untuk melakukan pembenahan dari berbagai sisi. Bahkan, Pelindo II Teluk Bayur sudah menjalin kerja sama dengan Pelabuhan Fremantle di Australia dan Pelabuhan Chennai di India serta disiapkan juga kerja sama dengan pelabuhan di Pakistan, Bangladesh dan Srilanka.
Integrasikan Lima Pelabuhan
Jika saja rencana mengintegrasikan lima pelabuhan di Sumbar dengan pelabuhan Teluk Bayur sebagai sentral telah terealisasi, tentu geliat ekonomi akan semakin bergairah. Biaya logistik bisa ditekan karena produk-produk ekspor tak lagi melewati darat. Harga jual akan semakin bersaing sehingga dapat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumbar, termasuk petani dan nelayan.
Lima pelabuhan yang akan diintegrasikan dengan Pelabuhan Teluk Bayur tersebut adalah Pelabuhan Muaro, Kota Padang, Pelabuhan Teluk Tapang, Kabupaten Pasaman Barat, Pelabuhan Panasahan, Kabupaten Pesisir Selatan, Pelabuhan Tiram, Kabupaten Padang Pariaman, dan Pelabuhan Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Pengintegrasian enam pelabuhan akan membuat distribusi logistik menjadi lebih efisien karena tidak perlu lagi lewat jalur darat yang mahal. Konektivitas antar daerah dapat menjadi lebih murah dan efisien. Selain itu, integrasi pelabuhan bertujuan untuk mengurangi kelebihan beban jalan, menghemat biaya pemeliharaan jalan karena jalan-jalan tak perlu dilewati angkutan bertonase besar serta mengurangi emisi gas buang. Namun, itu tentu harus didukung dengan sarana dan prasarana serta akses dari dan ke pelabuhan dimaksud.
Pelabuhan Teluk Tapang, Pasaman Barat, misalnya, akan efisien untuk angkutan CPO dan komoditas lainnya di wilayah Pasaman dan Pasaman Barat jika dibawa langsung ke Teluk Bayur. Seperti diketahui, Pasaman Barat merupakan daerah penghasil CPO terbesar di Sumbar serta penghasil sejumlah komoditi perkebunan lainnya.
Selama ini, pengiriman CPO dengan menggunakan jalur darat memakan waktu lama dan berisiko terhadap kerusakan jalan serta gesekan dengan pengguna jalan lainnya. Pelabuhan Teluk Tapang sendiri direncanakan baru akan beroperasi pada 2021 mendatang. Karena saat ini, kondisi jalan menuju pelabuhan masih belum memadai. Bahkan, karena buruknya jalan, jarak tempuh dari Simpang Empat menuju Teluk Tapang mencapai 4,5 jam yang seharusnya hanya dilewati 2 jam perjalanan saja. Selain akses jalan, listrik dan air bersih pun belum tersedia.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit saat melakukan pengecekan kondisi jalan ke pelabuhan Teluk Tapang Maret 2019 lalu menyatakan, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menganggarkan Rp40 miliar untuk pembangunan jalan menuju pelabuhan tersebut sepanjang 42 kilometer.Wagub menilai, pengoperasian Pelabuhan Teluk Tapang akan berkontribusi dalam memajukan daerah, karena angkutan utama seperti CPO, ternak, dan potensi lainnya di daerah itu tidak lagi diangkut melalui jalan darat yang tidak efisien, tetapi melewati pelabuhan.
Demikian halnya Pelabuhan Panasahan, Pessel, dapat mengangkut komoditas perkebunan maupun hasil laut. Begitu juga tiga pelabuhan lainnya dapat saling menyokong guna kelancaran arus logistik dan ke depan bahkan bisa saja untuk arus penumpang.
Dengan integrasi dan standarisasi pelabuhan, efisiensi biaya akan lebih murah melalui laut dibanding darat atau udara. Sehingga, komoditi ekspor akan jauh meningkat dikirim melalui laut. Pengintegrasian dan konektivitas menjadi kunci dalam menjawab tantangan ekonomi global. Karena pelabuhan memegang peranan penting dalam rantai pasok dan distribusi barang.
Jika berjalan baik, integrasi pelabuhan pada akhirnya juga dapat menjadi transportasi terintegrasi untuk alternatif pelayaran penumpang dengan pelayaran rutin dan terjadwal. Bahkan, jika didukung dengan sarana yang baik, tentu tak tertutup kemungkinan untuk layanan destinasi wisata dan travelling.