“Hari ini saya berada disini, berkat dukungan bapak ibu semuanya. Oleh sebab itu, wajib hukumnya bapak dan ibu menasehati dan mendukung saya demi kebaikan bersama dan kampus ini. Kebaikan dan kesuksesan itu bukan tunggal adanya, tetapi jamak. Baiknya UIN itu bukan karena seorang rektornya, tapi bagaimana yang mendukung dibalik rektor itu,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Ridha Ahida merasa senang dan bangga karena pergantian rektor UIN Bukittinggi berjalan aman, sukses dan lancar. Pada saat pemilihan rektor, semua guru besar atau profesor ikut serta dalam pemilihan rektor.
“Enam dari tujuh orang guru besar yang dimiliki UIN Bukittinggi ikut serta dalam pemilihan rektor. Sedangkan saya tidak bisa ikut karena telah menjadi rektor sebelumnya,” kata Ridha.
Ia yakin, Prof. Silfia adalah orang yang tepat dan terbaik menurut Menteri Agama RI yang bisa mengembangkan UIN Bukittinggi empat tahun ke depan.
Menurut Ridha, pergantian pimpinan merupakan hal yang biasa bukan persoalan kalah dan menang. “Kewajiban kita sebagai keluarga besar UIN Bukittinggi adalah mendukung ibu rektor untuk mengembangkan UIN Bukittinggi lebih baik lagi,” ujarnya.
Hal yang mendesak untuk diselesaikan adalah akses jalan menuju UIN Bukittinggi. Rektor yang baru telah bersedia melanjutkan pertemuan dengan niniak mamak dan Pemko Bukittinggi untuk melanjutkan penyelesaian akses jalan masuk ke kampus.
Selanjutnya, persoalan akreditasi sebab seluruh perguruan tinggi harus terakreditasi berikut dengan program studinya. Lalu, persoalan Badan Layanan Unit (BLU) bertujuan untuk mengarap potensi potensi bisnis dalam menopang pembangunan kampus ke depan. (gdo)