Protokol Pulang
Swab saya kedua Alhamdulillah negatif. Saya pulang. Masuk dari pintu berbeda, keluar di pintu berbeda pula. Keluar dari kamar, bekas-bekas makanan, tisu, obat dan lainnya saya semua
dibakar. Saya diantar keluar, berbelok ke kanan, Mandi! Bukan di kamar mandi tempat saya dirawat, tapi mandi di pintu keluar.
Ya, satu ruangan disulap menjadi kamar mandi. Pintu masuk dari dalam dan pintu keluarnya ada ruangan transisi sebelum keluar halaman rumah sakit. Sepertinya inilah pintu exit semua penghuni rumah sakit yang akan keluar, mungkin juga para tenakes.
Ransel yang saya bawa dan semua isinya disemprot disinfektan, masuk kantong plastik besar. Ikat. Dan pakaian usai mandi harus dari rumah, bukan dari tas yang saya bawa. Ini protokol jika keluar dari zona merah rumah sakit.
Selesai mandi, saya masuk sebuah ruangan kosong. Saat buka pintu di depannya. Melangkah. Tiba di luar. Tak boleh lagi masuk. Di luar seorang suster menunggu. “Ini obat ibu, ini rekam medis, pulang, sampai di rumah mandi lagi dan jangan kemana-mana 14 hari.”
Sebuah percakapan yang biasanya terjadi di dalam gedung rumah sakit terjadi di halaman belakang parkiran. Dengan rambut yang masih basah, saya mendengar seksama penjelasan suster. Dia hanya memberikan obat dan tak ada tagihan apapun. Luar biasa semua pengalaman ini. Saya mantan pasien covid.
Makna
Kini saya diisolasi di rumah. Harus menunggu 14 hari baru bisa kontak dengan publik. Saya temui hari baru. Kata orang bekas pasien covid takkan bisa sesehat dulu lagi. Bukan itu masalahnya, tapi ini : Mohon jaga Kesehatan Anda semua, jangan pernah mencoba seperti apa yang saya alami. Jika pun mengalaminya, jangan sampai Anda kehilangan semangat hidup. Jangan sampai tak kebagian tempat tidur di rumah sakit.
Manjauhlah dari asumsi ini konspirasi. Kalau Anda sakit, tak ada konspirasi, tak ada politik, tak ada debat. Jika pulang tinggal nama? Ini wabah. Di dunia wabah covid bukan yang pertama. Flu adalah wabah yang vaksinnya belum ditemukan sampai sekarang.
Percayalah, membuat berita covid lebih mudah daripada menjalaninya. Percayalah, tenakes itu berjuang dengan lelah dan payah. Maka sekarang, saya telah di rumah. Berbagi kisah untuk semua. Yang sehat tetaplah sehat. Menjaga dirimu, sama dengan menjaga diri keluarga. Saya sudah sembuh. Syukur ya Allah. (***)