PADANG-Macet panjang di Kayu Tanam karena jembatan darurat di jalan negara Padang – Bukittinggi, akan terurai. Ini dimungkinkan jika jembatan kedua siap.
“Jembatan kedua sedang dibuat dan yang permanen sedang dalam proses desain,” kata Gubernur Irwan Prayitno kepada Singgalang, Minggu(23/12) malam.
Jembatan di Kayu Tanam putus dihantam banjir awal bulan ini. Satu jembatan darurat sudah selesai, tapi harus lewat satu-satu. Sistem buka tutup.
Sistem inilah yang membuat macet mengular sejak dari Sicincin. Sebaliknya agak pendek, karena mendahulukan pengguna jalan yang dari Bukittinggi.
Sementara, ribuan kendaraan roda dua dan roda empat terjebak macet satu arah, saat diberlakukannya sistim buka tutup pada jembatan darurat di Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sabtu (22/12) sore.
Kemacetan juga dipicu karena tingginya volume kendaraan yang hedak pulang kampung maupun berlibur. Dari arah Padang, kemacetan mulai terlihat dari Pasar Sicincin.
“Peningkatan volume kendaraan terlihat sejak pagi, bahkan siang maupun sore,” ujar KBO Satlantas Polres Padang Pariaman, Afdal dilokasi.
Afdal menyebutkan, peningkatan terjadi sejak jembatan darurat sepanjang 39 meter itu diresmikan pada, Minggu siang (16/12/).
“Kendaraan seperti truk tetap dialihkan ke jalur alternatif seperti ke Sitinjau Laut dan Malalak, karena berat beban jembatan maksimal 12 ton,” tambahnya.
Gunakan kereta
Yang tahu medan, tak perlu pusing, ada atau tidak jembatan itu. Apa akal? Kereta api. Dari Kayu Tanam ke Lubuk Alung dan sebaliknya ada kereta api terjadwal, sewanya sangat murah, sebatang rokok belaka. Namanya kereta api Railbus. Dari dan ke Padang dari Lubuk Alung pakai kereta api Sibinuang. Dari Lubuk Alung bisa pula naik angkutan pedesaan Kopaba. Banyak pilihan angkutan ke kota bila sudah sampai Lubuk Alung.
Selain tetap memilih jalur ke Kayu Tanam, dari Bukittinggi atau Padang dan sebaliknya ada jalur alternatif lain. Misalnya lewat Maninjau naik kelok 44 atau memilih Jalan Sicincin Malalak. Kedua jalur ini menurut Kepala Dinas Perhubungan Sumbar, Heri Nofiardi aman dilewati. (givo/yuni)