Cagar Alam
Lokasi tempat berjualan Sariyem di tepian batu persis di balik papan reklame “Pangandaran Sunset.” Seperti Pantai Kuta di Bali, itulah tempat paling favorit bagi seluruh pengunjung. Wisatawan domestik maupun asing.
Pantai ini juga memiliki sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung. Cagar Alam Pananjung memiliki luas 530 hektar. Tanjung itu berfungsi menghambat atau mengurangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Tanjung itu membuat jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang dengan aman.
Di dalamnya ada gua-gua yang terbentuk sejak ratusan bahkan ribuan tahun.
Menurut “Wikipedia” Gua alam itu mengandung bebatuan stalagtit (endapan berbentuk batuan keras) dan batuan granit yang menggantung di langit-langit. Kondisi pantai yang menjorok ke laut membuat gelombang cukup landai sehingga banyak nelayan dari wilayah lain datang. Selain itu, terdapat pula menara pengawas milik bay watch atau biasa disebut life guard.
Kabupaten Pangandaran berpenduduk sekitar 430 ribu jiwa yang mendiami daerah seluas 168.509 Ha dan luas laut 67.340 Ha serta lebar pantai 91 Km memiliki banyak obyek wisata. Selain Pantai Pangandaran, juga Taman Wisata Cagar Alam, (Cagar Alam Penanjung), Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, Pantai Mandasari, Pantai Krapyak serta wisata sungai yaitu Cukan Taneuh ( Green Canyon) dan Citumang Santirah.
Kabupaten Pangandaran (pemekaran dari Kabupaten Ciamis) terletak di sebelah tenggara Jawa Barat. Atau sekitar 222 km dari selatan Bandung. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah tani dan nelayan, oleh kerena itu, dulu pantai ini mendapat julukan sebagai Kota Nelayan Kecil.
Jokowi cukup dua periode
Kami bertiga jongging pagi hari Minggu itu. Saya, Ketua Umum PWI Pusat Atal Depari dan Pemred “Kumparan”, Arifin Asydhad. Sambil bersantap pecal, kami ngobrol asyik dengan Sariyem. Ia mengaku baru-baru ini menerima bantuan uang sebesar Rp. 300 ribu. Uang dibagikan pada waktu heboh minyak goreng dimainkan mafia.
Sariyem tahu uang itu dari pemerintah, tapi ia tidak akan bersedia memilih jika Presiden Jokowi masih mau lanjut tiga priode. Begitu pun kalau mau perpanjang masa jabatan, satu dua tahun lagi.
Apa alasannya?
“Ya, harus sesuai aturan. Cukuplah Jangan tambah-tambah lagi,”katanya.
Kami bertiga terdiam. Tidak ingin bertanya lagi. Waktunya memang harus kembali ke hotel, bersiap-siap menuju bandara untuk kembali ke Jakarta dengan penerbangan Susi Air pagi itu. Adakah suara Sariyem itu yang notebene suara rakyat adalah suara Tuhan? Wallahualam.(*)