Orang Sumbar jangan terlena dengan masa lalu. Namun orang Sumbar harus mengaktifkan kembali tradisi ka Surau, Pasar dan Lapau. Kondisi itu hilang setelah ada televisi.
“Masa lalu Sawahlunto ada batu bara, sekarang tidak ada lagi. Padahal kita harus melihat masa depan, dengan modal masa lalu,” dicontohkannya.
Dengan itu, orang Minang bisa kembali menempatkan putra-putra terbaiknya untuk berkontribusi positif bagi bangsa ini.
Dicontohkannya, suatu daerah berbedanya potensi dan cara penangannnya. Seperti pembangunan infrastruktur di Papua tidak membuat masyarakat puas. Menurutnya kebutuhan daerah berbeda, untuk itu harus diperlakukan dengan berbeda.
“Saya baru dari aceh, Aceh sangat aman. Aceh dan Papua sama-sama otonomi khusus. Tapi kenapa hasilnya berbeda, Papua masih bergejolak. Suatu daerah punya karakter dan cara penanganannya berbeda,”sebutnya.
Menurutnya, anggaran untuk dua daerah itu jauh berbeda dengan daerah lain. Tetapi, tetap saja ketidakpuasan terjadi. Spirit keinginan masyarkat Papua untuk menentukan sikap masih ada.
Kondisi itu berbeda dengan Sumbar. Tokoh Sumbar selalu pemikir, penggerak. Empat perencana pembangunan bangsa ini asal Minang. Maka modal seperti ini, dapat mengambil peran besar menjaga keharmonisan.
Dikatakannya, jika daerah lain dengan infrastruktur sudah puas, tapi di Papua tidak. Tidak memberikan kepuasan, walau dengan nilai yang besar.
Gubernur Irwan Prayitno melaporkan kondisi Sumbar aman, pemerintahan berjalan lancar. Gejolak berarti tidak ada. Banyak bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat atas dukungan Wapres Jusuf Kalla. Diantaranya, RS Unand dan sejumlah pembangunan lainnya. (yose)