PADANG – Setelah tiga tahun melakukan riset, akhirnya pada 2017, Ade Surianto bersama dua rekannya, David Indra Jamber dan Sesa Gusni Saputri memutuskan membuka usaha kuliner Minangkabau, khususnya rendang dengan nama “Katuju”. Salah satu varian rendangnya adalah Rendang Tuna.
“Rendang tuna kami berasal dari Tuna Loin kualitas ekspor,” cerita Ade Surianto.
Meski demikian, harga rendang tuna yang dijualnya bersaing, yaitu hanya Rp280 ribu/kg. Harga yang tentu murah dengan rasa rendang kelas premium. Irisan ikan tuna berpadu dengan rempah yang berkualitas, begitu nikmat terasa.
“Rendang Katuju dibuat dari bahan pilihan berkualitas yang diracik dengan rempah kunci tradisional yang tumbuh di alam Minangkabau, sehingga rasa otentiknya masih terpelihara,” tutur Ade.
Sisi premium yang diciptakan tidak hanya dari rasa dengan perpaduan rempah yang telah diteliti sejak lama, tapi juga dengan kemasan yang sangat menarik dari Katuju. Pria asal Solok Selatan ini mengemas rendang dengan sangat menarik dan higienis. Contohnya, sebanyak 250 gram rendang yang di kemas dalam satu pouch diisi lima irisan rendang ikan tuna yang dibungkus lagi dengan sachet (kemasan kecil). Pengemasan demikian demi menjaga kualitas rasa rendang.
“Jadi rasa rendang yang tersisa tidak rusak dan tetap higienis, karena tetap terbungkus baik dalam sachetnya,” kata pria yang pernah kuliah di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) itu.
Selain nikmat, praktis dan higienis, produk Katuju juga bisa disesuaikan dengan citarasa selera Nusantara, sesuai visi Katuju, yakni mendunia.
“Katuju menyediakan layanan custom rendang atau personal taste yang tentunya sesuai selera pemesannya. Ini menggunakan prinsip dima bumi dipijak, situ langik dijunjuang,” jelas Ade.
Ade mengklaim, dia lah satu-satunya pengusaha rendang yang telah melakukan terobosan dengan menjual rendang dengan pengemasan sachet tersebut. “Kalau tak bisa disebut kami yang pertama di Indonesia, paling tidak di Sumatera Barat, baru kami yang melakukan ini,” ujar pria 31 tahun tersebut.
Meski menjadi pendatang baru di dunia kuliner Ranah Minang khususnya rendang, Rendang Katuju miliknya menurut Ade sudah mendapatkan tempat tersendiri di hati para konsumen. Beberapa waktu lalu, rendangnya menjadi pilihan salah satu perusahaan umrah yang membagi makanan terenak di dunia tersebut kepada para jemaahnya. “Alhamdullilah, meski pendatang baru, rendang kami diminati. Bahkan, kami sudah bekerjasama dengan beberapa pihak demi pengembangan usaha ini,” ujarnya.
Produknya tak hanya dipasarkan dari tempat produksinya di Jalan Lolong Karan RT 01 RW 02 Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Padang, tapi juga lewat sejumlah online shop, juga dengan sistem re-branding, dan lainnya. Ade pun bersyukur kini dia masuk sebagai salah satu binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar yang turut menjembataninya menemukan tuna-tuna pilihan untuk dijadikan salah satu dari beberapa varian rendang yang diproduksi perusahaannya. (yuni)