Padang – Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Unilever Indonesia melalui brand Lifebuoy menggelar program “Pesantren Sehat Lifebuoy” yang melibatkan 150 santri dan santri putri di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah Padang pada Senin (18/3).
Dalam program yang bertujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan pesantren itu diisi dengan kegiatan pelatihan dan edukasi kesehatan guna cetak Duta Santri.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Tim Ponpes dan Mahad Ali Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, Drs. Yohanes Anwar, Ketua Yayasan Ponpes Nurul Yaqin Al Hidayah Padang, Nurdin Tuanku Sultan, S. Pdi., Kyai Ponpes Nurul Yaqin Al Hidayah, Ahmad Suhaimi Tk. SIDI, serta Sekretaris Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Cabang Sumatera Barat dr. Pudia M. Indika, M. Kes.
Ketua Tim Ponpes dan Mahad Ali Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, Drs. Yohanes Anwar menyambut baik dan menyampaikan apresiasi program kerja sama yang digagas Unilever Indonesia melalui brand Lifebuoy ini. “Pelatihan seperti ini berguna dan sangat bermanfaat tidak hanya bagi para santri dan santri putri Ponpes di Sumatera Barat, dalam hal ini Ponpes Nurul Yaqin Al Hidayah, tapi juga bagi tenaga pendidik Ponpes,” kata Yohanes.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Yayasan Ponpes Nurul Yaqin Al Hidayah Padang, Nurdin Tuanku Sultan, S. Pdi. yang mengharapkan kesinambungan dari program ini mengingat implementasinya sudah ditunggu sejak tahun 2018 saat didirikannya pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah. “Ketika program Pesantren Sehat Lifebuoy ini terealisasi di tahun 2024, diharapkan dapat semakin meningkatkan minat dan kepercayaan yang lebih besar untuk masuk ke pesantren. Apalagi program ini melibatkan kerja sama dengan para dokter sehingga menimbulkan daya tarik besar untuk memasuki pesantren ini,” tuturnya.
Terkait PHBS yang digagas di lingkungan pesantren, dr. Pudia M. Indika, M. Kes. selaku Sekretaris PDUI Cabang Sumatera Barat menyampaikan bahwa PHBS yang selalu diterapkan di manapun kita berada pada dasarnya dapat memutus mata rantai penularan penyakit tertentu mulai dari diare, influenza, hingga penyakit kulit yang umumnya terjadi di sejumlah pesantren yang belum menerapkan PHBS secara paripurna. “Artinya, apabila PHBS melalui Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sudah diterapkan, maka dapat mencegah penularan penyakit yang terutama terjadi pada saat pancaroba seperti sekarang ini. Selain itu, penting untuk mengkonsumsi makanan sehat berimbang yang disertai dengan olahraga dan istirahat yang cukup,” jelasnya.
Salah satu langkah utama dari PHBS yang penting untuk diimplementasikan di pesantren adalah gerakan CTPS di 5 momen penting, yakni saat sebelum makan, setelah dari toilet, setelah bermain, setelah batuk atau bersin, dan setelah bepergian. Jika dibiasakan, CTPS di 5 momen penting akan mampu melindungi para santri dan santri putri dari berbagai penyebaran penyakit.
Bahkan menurut teori Swiss Cheese Model for Infectious Disease, kebiasaan ini menjadi langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman penyakit infeksi, setelah vaksin. Sementara, menilik pada data Riskesdas 2018, di Provinsi Sumatera Barat, untuk usia di atas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) baru mencapai 37,92%, sehingga kebiasaan CTPS ini penting untuk disebarluaskan ke seluruh masyarakat Sumbar.
Secara terpisah, Head of Skin Cleansing Unilever Indonesia, Erfan Hidayat menjelaskan peran Lifebuoy untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di area Pesantren. Salah satunya adalah dengan mencetak Duta Santri sebagai peer educator dari program peer-to-peer learning.
“Sejak tahun 2019 program Pesantren Sehat Lifebuoy telah menjangkau lebih dari 2.000 pesantren dan memberikan manfaat bagi lebih dari 900.000 santri dan santri putri di Indonesia. Tahun ini program Pesantren Sehat Lifebuoy hadir di Kota Padang dengan tujuan memberikan dampak yang lebih luas melalui sejumlah rangkaian kegiatan mulai dari peer-to-peer learning, training for trainers (kepada santri dan santri putri, ustadz, dan ustadzah), edukasi CTPS dengan baik dan benar, hingga pemeriksaan kesehatan. Kami berharap dengan kolaborasi yang dilakukan di Pesantren di berbagai kota di Indonesia kami dapat menjangkau penambahan 1 juta santri dan santri putri di lebih dari 1.500 pesantren,” papar Erfan.
Interaksi intens antarmasyarakat pesantren menjadikan pesantren unit pendidikan yang berpotensi efektif dalam membiasakan CTPS di 5 momen penting melalui metode peer-to-peer learning, dimana mereka saling mencontohkan dan meniru berbagai perilaku positif. Menurut studi dari Hungarian Academy of Sciences, peer-to-peer learning atau program edukasi melalui teman sebaya merupakan salah satu cara edukasi yang paling efektif dalam pengajaran CTPS di kalangan anak-anak. Studi ini menemukan bahwa program edukasi melalui teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan teoritis tentang CTPS dan cara mempraktekkan CTPS yang benar hampir 2 kali lebih baik dari sebelumnya, dan dapat bertahan bahkan 4 bulan setelah program berakhir.
Program Pesantren Lifebuoy dibagi menjadi dua tahap:
Pemilihan Duta Santri oleh pihak Pesantren sebagai peer educator yang akan mendapatkan pelatihan tentang PHBS, terutama CTPS, oleh dokter dari PDUI. Hal ini menjadi penting karena salah satu faktor kesuksesan peer-to-peer learning adalah kompetensi dan kapabilitas dari peer educator. Melalui pelatihan ini, Duta Santri akan memahami pentingnya CTPS dan bagaimana cara melakukan CTPS dengan baik dan benar.