Opini  

Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba

Oleh Fadhlan Hanif Zain 2411211001, Ihsan Alfikri 2411213016, Adrian Lanov 241121307,Irfandi Irsyad 2410612030, Dzakwan Resmana 2411211002

Mahasiswa Unand

Sekarang ini sering terdengar kasus berkaitan dengan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Hal ini perlu diberi perhatian khusus supaya kasus-kasus tersebut tidak bertambah. Kenakalan remaja yang sering kita temui yakni perundungan dan tawuran. Perundungan dan tawuran merupakan sebuah fenomena kekerasan yang kerap terjadi di lingkungan sekolah biasanya dilakukan oleh individu maupun kelompok.

Menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan masyarakat yang berada di rentang usia 10 sampai 19 tahun. Masa ini merupakan masa peralihan anak- anak menuju dewasa. Pada masa ini individu sedang mencari jati diri masing-masing sehingga kerap terpengaruh dan berperilaku labil.

1. Perundungan
Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, hingga September 2024 tercatat ada 293 kasus kekerasan di sekolah. Ubaid mengatakan, jenis kekerasan didominasi oleh kekerasan seksual, jumlahnya mencapai 42 persen. Disusul oleh perundungan 31 persen, kekerasan fisik 10 persen, kekerasan psikis 11 persen, dan kebijakan yang mengandung kekerasan 6 persen.
Perundungan dapat terjadi ketika seseorang merasa berkuasa dan berpikir bahwa semua yang ia inginkan harus terpenuhi. Hal inilah yang mendorong pelaku perundungan melakukan segala cara agar keinginannya dapat terpenuhi meski harus melukai orang lain. Pihak yang paling dirugikan dan merasakan dampak negatif dari bullying ialah korban. Anak-anak yang menjadi korban bullying lebih beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik mapun secara mental. Mulai dari, depresi, gelisah, sakit kepala, merasa tidak aman, bahkan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.

2. Tawuran
Tangan seorang pemuda putus akibat tawuran yang terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dini hari tadi. Tangan kiri korban putus terkena sabetan senjata tajam. Aksi tawuran dua kelompok pemuda itu terjadi di Jembatan Melindo Pegambiran, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang pada Sabtu (10/8/2024) sekira pukul 03.30 WIB.
Sangat disayangkan generasi yang seharusnya belajar untuk memeajukan bangsa ini tapi memilih untuk tawuran yang tidak ada manfaatnya. Tawuran dapat terjadinya karena ada beberapa faktor, yaitu: faktor lingkungan keluarga yang tidak sehat, factor pengaruh pergaulan, faktor gengsi.
Dampak negatif yang ditumbulkan dari tawuran adalah dapat mengalami cedera, cacat seumur hidup atau bahkan tewas, rusaknya fasilitas umum seperti taman kota, trotoar, bus, halte dan fasilitas lainnya, berkurangnya penghargaan remaja terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.

3. Narkoba
Di indonesia masih banyak pemakai dan pengedar narkoba walaupun sudah ada undang-undang yang dibuat oleh negara jika ketahuan memakai dan mengedar narkoba akan dipenjara, didenda, hingga hukuman mati. Walaupun begitu masih banyak rakyat Indonesia yang mengacuhkan peraturan itu. Penyebab rakyat Indonesia masih banyak melakukan penyalahgunaan narkoba dari kurangnya pengendalian diri, konflik Individu/Emosi, terbiasa hidup senang/mewah, kurangnya kontrol keluarga, dan pengaruh teman sebaya.

Dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba bisa terganggunya kesehatan fisik, kesehatan mental, ketergantungan dan penyalahgunaan, gangguan sosial dan ekonomi, risiko kehidupan dan kriminalitas.

Jika dilihat dari sudut pandang kewarganegaraan dan pancasila, kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba tidak hanya bertentangan dengan nilai yang terkandung di dalam Pancasila, tetapi juga bertentangan dengan konsep Hak Asasi Manusia juga ajaran agama. Dalam pandangan agama, dilarang melakukan tindakan yang membahayakan diri dan orang lain karena bisa menyebabkan dampak negatif. Sedangkan dalam aspek bahasa, kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba seringkali berkonotasi negatif dan menggunakan diksi-diksi yang kasar juga merendahkan pihak lain.

Langkah yang harus diambil yakni tindak tegas dari pemerintah dan sekolah supaya remaja merasa takut dan tidak akan melakukan hal asusila tersebut. Suasana rumah serta didikan orangtua juga tidak kalah penting dalam menciptakan remaja yang disiplin. Dalam agama juga lebih memperhatikan bagaimana ibadah pada seorang remaja apakah shalatnya tepat waktu dan apakah ada berbuat kebaikan. Kita berharap semoga remaja saat ini bisa menjadi penerus bangsa untuk Indonesia kedepannya. (***)