Setelah tahu positif Covid-19, paradigma berpikir Yosmeri berubah 180 derajat. Dia tak ada lagi memikirkan sakit karena corona. Dibuang semua pikiran negatif yang bisa memicu turunnya
daya tahan tubuh. Hatinya dibuat senyaman mungkin. Mendengarkan musik, menelpon kawan-kawan, ber WA ria, menghubungi adik-adik dan keluarga untuk menginformasikan kalau diri positif Covid-19.
Meski terpapar Covid-19, Yosmeri menyampaikan kepada keluarga kalau dirinya dalam kondisi sehat-sehat saja.
“Jika terasa sakit perut saya makan. Apa saja yang pengen saya makan. Jika terasa pusing, saya berusaha untuk mengabaikannya. Saya giring pikiran saya kalau ketika itu saya sedang tidak positif Covid-19. Saya juga WA pada staf untuk menginformasikan kalau kadis mereka tidak ada masalah fisik,” katanya.
Yosmeri terus membuat hatinya santai, nyaman dan bahagia. Dia hanya berpikir bagaimana bisa segera sehat, berkumpul dengan keluarga dan kawan-kawan di kantor. Selama menjalani isolasi mandiri, dirinya banyak ditelepon dan WA kawan-kawan. Mereka pastinya hendak bertanya tentang kondisi diri Yosmeri yang sudah diketahui orang banyak.
“Saya langsung jawab tanpa stres. Mau tahu kabar saya yang positif Covid ya? Saya langsung jelaskan tanpa menutup-nutupinya. Saya bilang saya sekarang sedang isolasi mandiri. Kawan yang menelpon tak menyangka kalau saya buka-bukaan saja. Saya tak pernah menyembunyi sakit covid, karena sakit ini bukan lah aib. Jadi, ketika kita positif, jangan jadikan beban sakit tersebut,” ujarnya.