“Proses rekaman soundtrack sudah selesai. Logo tinggal dipresentasikan kepada Bamus dan Tokoh-tokoh di III Koto Awua Malintang. Jika ini sudah selesai, kita akan lanjut pada upaya penyiapan landmark yang akan diresmikan saat festival,” sebutnya.
Branding kata Ajo Waoyik adalah langkah paling penting dalam menggerek nama Nagari, sekaligus meningkatkan antusiasme publik untuk mengetahui berbagai informasi dari sebuah nagari.
“Hari ini branding sudah keluar dari konsep purbanya sebagai bagian dari periklanan produk semata. Orang sudah membranding pribadinya, organisasinya, hampir segalanya. Lalu kenapa nagari kita sendiri tidak kita branding?” katanya.
Sebagai akademisi yang juga sudah sukses membranding “Wayoik!” sebagai produk yang berkarakter, dan Batajau Seni sebagai sebuah gerakan kesenian, Ajo yakin nagari-nagari dapat digerakkan pula untuk menuju arah baru dalam penyampaian informasi dan promosi-potensinya kepada khalayak.
“Orang bicara branding cenderung pada medianya. Media tentu penting. Tapi kita tidak boleh lupa dengan konten yang perlu disiapkan. Lewat komitmen untuk benar-benar serius dalam menjalankan amanah keterbukaan informasi badan publik, Nagari III Koto Awua Malintang kini semakin menarik untuk dibranding. Dan ini patut menjadi percontohan bagi nagari lain,” sebut salah seorang pengurus Sumbar Kreatif ini. (rls/benk)